Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Poros Saudi-Turki-Israel, Canggung namun Meyakinkan

17 Februari 2016   13:23 Diperbarui: 17 Februari 2016   14:16 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima tahun konflik Suriah telah menewaskan sedikitnya 250 ribu jiwa, menurut PBB. Namun estimasi dari banyak organisasi kemanusiaan adalah korban perang Suriah telah mencapai 500 ribu jiwa. Sementara 4,6 juta warganya menjadi pelarian di negeri asing. Perang di Timur Tengah sedikitnya menelan 4 juta korban jiwa sejak 1990.

Terbaru, wilayah arab semakin membara dengan ultimatum Rusia akan terjadinya perang dunia III jika blok Saudi mengirim pasukan tempur darat ke Suriah. Situasi yang panas tentu memicu banyak manuver, termasuk hubungan Saudi-Turki-Israel.

- Saudi-Israel -

Secara resmi, Arab Saudi selalu menyatakan tidak memiliki hubungan dengan Israel, namun tak dapat dipungkiri banyak kerjasama antara keduanya jika menyangkut musuh bersama, Iran.

Ibarat biasa disebut netizen di media sosial sebagai "in complicated relationship", demikianlah hubungan Riyadh - Tel Aviv. Berhubungan terbuka dengan Israel tentu akan berpengaruh pada citra politik yang negatif, ini berlaku hampir pada semua negara Arab. Namun kenyataannya, secara intelijen, ekonomi, militer, dan keamanan, mereka saling membutuhkan.

Pada awal 2010, ketika Israel mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran, Arab Saudi membuka ruang udaranya selama 2 hari, yang dikatakan Al Saud sedang melakukan latihan sistem pertahanan udara. Namun sebenarnya memberikan kesempatan pada Israel untuk menyerang Iran.

Saudi berharap Israel melakukan serang udara pada fasilitas nuklir Iran, baik menggunakan pesawat ataupun drone. Namun tentu saja Washington tidak menyetujui skenario tersebut, karena akan ada reaksi balasan dari Iran, yang dapat memperparah situasi kawasan.

Pada 2014, setidaknya Arab Saudi-Israel mengadakan lima kali pertemuan rahasia. Pertemuan yang membahas cara untuk menangani ambisi nuklir Iran, pada Juni 2015 pertemuan tersebut terungkap dalam forum "Council on Foreign Relations" di Amerika serikat.

Setelah aksi pembakaran kedutaan Arab Saudi di Teheran awal Januari 2016, politisi yang juga anggota parlemen Israel, Yzipi Livni, secara terbuka menyatakan dibutuhnya aliansi Israel dengan negara teluk. "Kita memiliki kesamaan pemahaman di kawasan. Ini merupakan dasar untuk suatu aliansi," tukas Livni.

Sebenarnya pernyataan Livni merupakan penegasan akan hubungan Saudi-Israel yang memang sudah terjadi. Harian Eilat pada 2013 pernah melaporkan bahwa pimpinan intelijen Israel, Tamir Pardo, melakukan pertemuan dengan pimpinan intelijen Arab Saudi, Pangeran Bandar.

Harian Sunday Times menindak lanjuti kabar tersebut dan mengeluarkan laporan bahwa Riyadh-Tel Aviv merencanakan kampanye perang terhadap Iran. Di sini juga terungkap Saudi pernah membuka ruang udara bagi pesawat atau drone Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun