Awalnya, lelaki muda itu bingung, dari mana gadis itu muncul. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, hanya saja tidak tampak siapa pun di sekitar tempat itu.
"Jangan-jangan, gadis ini kabur lagi," pikir Pras.
"Om." Gadis itu kembali memanggil. Kali ini satu oktaf lebih tinggi dari yang pertama.
"Eh ... maaf, Prasti. Om tadi sedang memikirkan sesuatu. Prasti, apa kabar?" tanya Pras sambil mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Alhamdulillah, Prasti baik, Om," jawab Prasti dengan sedikit cedal. Muka gadis itu bulat dengan pipi agak tembem membuat Pras semakin gemas.
"Prasti sedang apa di sini? Sama siapa? Hati-hati, loh, kalau main jangan jauh-jauh, nanti kalau dibawa orang, bagaimana?" cerocos Pras dengan nada khawatir.
Tindakannya itu membuat Prasti tertawa senang.
"Jangan khawatir, Om. Prasti ke sini sama Umi."
"Trus Umi Prasti mana?" tanya Pras sambil celingukan sekali lagi.
"Umi sedang mengajar anak-anak mengaji, Om. Tuh ... Denger, kan, suaranya dari sini?"
Pras menajamkan telinganya. Memang, lamat-lamat pemuda itu mendengar suara wanita yang sedang mengajar di TPQ tak jauh dari tempat mereka berada, tepat di seberang lokasi sekolah murah miliknya.