Mohon tunggu...
Lenterasenja berpijar
Lenterasenja berpijar Mohon Tunggu... Novelis - Wiraswasta

Penulis novel, Editor, Penerbit Indie

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sepotong Hati untuk Prasasti

27 Februari 2024   08:08 Diperbarui: 27 Februari 2024   08:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

***

Sore itu angin bertiup semilir. Hujan baru saja berhenti membuat udara di sekitar terasa segar. Pras sedang menikmati secangkir teh hangat bersama ibunya di teras.

"Pras, Ibu ingin mengenalkanmu pada putri sahabat Ibu. Namanya Sasa. Selain cantik, ia juga terpelajar," kata Bu Iren mencoba membuka percakapan.

"Bu, tidak usah capek-capek mencarikan jodoh buat Pras. Ibu tahu sendiri, tanggung jawab di perusahaan semakin besar sekarang. Biarkan Pras fokus di sana dulu. Ibu tidak ingin perhatian Pras terpecah kemudian berakibat buruk pada perusahaan kita, kan?" sanggah Pras lembut.

Ini adalah kali ketujuh sang ibu berusaha mencarikan jodoh untuknya. Itu sebabnya, pemuda itu tidak mau gegabah. Ia tidak ingin menyakiti perasaan ibunya.

"Tapi sampai kapan, Pras? Usiamu sudah tidak muda lagi, bahkan, dua bulan lagi sudah genap tiga puluh tahun. Kamu betul-betul ingin menjadi bujang lapuk? Gak kasihan sama ibu dan ayah yang sudah tua ini?" cerocos Bu Iren kecewa.

"Bu, Ibu yang sabar, ya. Kalau sudah waktunya, jodoh itu pasti ada. Ibu tidak ingin Pras menikah karena terpaksa, kan? Pernikahan tanpa perasaan ikhlas itu hasilnya pasti tidak baik. Ibu tidak ingin, kan, pernikahan Pras nanti berakhir dengan mengenaskan?" jelas Pras panjang lebar.

"Mengenaskan? Mengenaskan apa? Alasan! Lagipula, mana boleh menyumpahi diri sendiri seperti itu? Itu sama saja dengan doa!" gerutu Bu Iren kesal.

Kalau sudah seperti itu, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu hanya bisa diam kesal. Entah apa yang ada di benak putra semata wayangnya itu, ia sendiri tidak tahu.

Terkadang, terbersit dalam benaknya, apa iya, yang dikatakan orang-orang itu benar, bahwasanya putranya yang ganteng itu tidak menyukai perempuan?

"Ah, tidak mungkin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun