"Gak boleh, Om. Prasti gak boleh terima uang sembarangan. Tadi Prasti ikhlas, kok, nolongin Om."
Sekali lagi, Pras terkesiap.
"Rupanya ia bukan gadis sembarangan. Orang tuanya pasti sangat luar biasa," pikir Pras.
"Prasti ... Prasti ...." Terdengar suara lembut seorang wanita memanggil-manggil.
"Itu umiku. Permisi, ya, Om."
Gadis kecil itu langsung melesat. Tak jauh dari tempat mereka, beberapa orang tampak celingak-celinguk. Rupanya mereka sedang mencari keberadaan Prasti yang mungkin tersesat. Salah satunya adalah seorang wanita mungil dengan gamis dan kerudung agak lebar. Wajahnya tidak begitu jelas karena wanita itu membelakanginya.
"Umi ...."
Gadis kecil itu langsung menghambur dan memeluk wanita berkerudung itu dari belakang, kemudian berpindah posisi di depan wanita itu. Tak lama kemudian, seorang pria berbaju koko menghampiri mereka. Dari jauh, keluarga kecil itu tampak bercakap sejenak lalu beranjak dari tempat itu.
Tidak ada yang istimewa, tetapi entah mengapa kejadian yang baru saja dialami itu menimbulkan kesan yang sangat mendalam di benak Pras.
"Gadis kecil yang lucu dan menggemaskan," pikirnya.
Pras lalu meneruskan langkah, melihat-lihat kondisi daerah itu. Rencananya, ia ingin membangun sebuah sekolah untuk anak-anak dengan kualitas bagus, tetapi dengan biaya yang cukup terjangkau sehingga tidak memberatkan warga. Itu adalah cita-citanya dulu bersama dengan seseorang yang sangat berarti untuknya. Sekarang, ia ingin sekali merealisasikannya.