Mohon tunggu...
Lentera Andalus
Lentera Andalus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri Putra SMA IT Al Andalus Jonggol

Santri-santri yang gemar menulis, berimajinasi, dan bermimpi menjadi lentera bagi kejayaan Islam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehidupan di Ufuk Barat

22 November 2023   14:36 Diperbarui: 22 November 2023   14:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya: Najmi Ukail Ramadhan / Kelas 10 - TA. 23/24

Aku sedang berada di ujung kehidupan, ternyata dari sini aku bisa melihat indahnya lampu-lampu kota. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Aku benar-benar sedang berada di ujung kehidupan.

Jika di dunia ini ada yang pantas untuk mendapat gelar 'orang yang paling jahat' maka akulah yang berhak mendapatkannya.

Terlalu melebih-lebihkan? Kufikir tidak juga. karena aku memang pantas untuk itu.

Aku benar-benar sedang berada di ujung kehidupan. Semua ini hanya berawal dari suatu malam. Malam yang tragis. Malam yang tidak pernah aku inginkan.

Agar kalian tidak menganggapku sebagai orang yang melebih-lebihkan sesuatu, maka inilah kisahku, nikmatilah, resapilah, agar kalian tahu betapa jahatnya diriku.

Hai, aku WIcak, umurku 15 tahun, aku anak yatim piatu. Di keluargaku yang tersisa hanyalah adikku, Alea. Dia berumur tujuh tahun. Aku pun sudah lupa bagaimana bentuk wajah orang tuaku.

Aku tidak bersekolah, sebagai gantinya aku mencari nafkah untuk aku dan adikku. Aku mencari nafkah dengan 'hal-hal yang menurutku seru', seperti mencuri, berjudi dan masih banyak lagi 'hal-hal yang menurutku seru'.

Ya, aku tidak peduli tentang bagaimana pendapat kalian tentang cara aku mendapatkan uang. Yang penting bagiku adalah hasilnya, agar aku dan adikku bisa makan. Walaupun begitu, Alea tidak tahu bagaimana aku mendapatkan uang untuk makan. Jika dia tahu, dia pasti akan memarahiku dan meneriakiku bahwa mencuri itu haram, karena Alea pernah belajar di surau.

Tapi, dari sekarang, aku sudah tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang seru itu. Bukan karena Alea mengetahui hal tersebut, lalu melarangku, tapi karena beberapa hari yang lalu aku tertangkap, diamuk warga, dan dimasukkan ke penjara. Tapi aku beritahu orang yang uangnya kucuri, bahwa aku memiliki adik di rumah dan kami yatim piatu. Mendengar itu mungkin dia iba denganku.

Aku dan Alea belum makan beberapa hari ini, Alea selalu mengeluh bahwasanya ia lapar. Aku pun sebenarnya lapar, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya aku hanya bisa menasehati  Alea untuk bersabar.

Cara satu-satunya agar aku bisa menghidupinya adalah bekerja dengan kenalanku, Tante Gita. Dia yang memberiku pekerjaan agar aku bisa mengisi perutku dan perut Alea.

Kalian ingin tahu apa peekerjaanku? Ah, sudahlah aku yakin kalian tidak akan bisa menebaknya, pun aku juga yakin hanya 10% dari anak seumuranku yang melakukan pekerjaan ini. Atau mungkin hanya aku?

Ya. Pekerjaanku adalah mengantarkan organ-organ manusia dan barang-barang haram seperti narkoba. Bagaimana, kalian terkejut? Ya begitulah kehidupanku, kalian hidup dengan keringat orang tua kalian, sedangkan aku hidup dari keringatku sendiri.

Aku melakukan ini, semenjak aku tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang seru itu. Dan kebetulan malam ini, aku akan melakukan pekerjaanku ini.

Aku bersiap-siap untuk berangkat. Aku berjalan terlebih dahulu ke arah tempat Tante Gita, karena aku ingin mengambil barangnya dan mengetahui posisi pelanggannya, sekaligus agar aku bisa mengambil mobil.

Ya, asal kalian tahu, pada umurku yang sekarang ini, aku sudah bisa membawa mobil ya. Karena tinggal di jalanan, kadang ketika aku malas melakukan hal-hal yang seru, aku menarik angkot.

Aku telah sampai di tempat Tante Gita. Setelah mengetahui lokasinya dan mengambil barangnya, aku pun bersiap-siap Memanaskan mobil. Lalu berangkat.

Aku pun langsung menuju tempat itu. Sendiri, tidak ditemani orang lain. Sepanjang perjalanan aku memikirkan Alea, aku telah membohonginya. Aku hanya bilang kepadanya bahwa aku ingin pergi ke warung sebentar, meski nayatanya aku melakukan pekerjaan jahat ini.

Tetapi, aku buru-buru mengusir pikiran-pikiran itu, agar tidak mengganggu misiku. Toh, bisa kupikirkan nanti-nanti. Sedikit lagi aku akan sampai.

Aku pun turun, sudah sampai  di tempat tujuan. DI pinggiran hutan. Di depanku terdapat gubuk yang telah lawas dan dengan lampu remangnya.

Aku telah berada di depan pintu gubuk tersebut. Aku pun mengetok pintunya.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Tak ada jawaban. Empat detik. Pintu pun terbuka setengah. Dalam gelapnya malam aku tak bisa melihat dengan jelas  apa yang ada di dalamnya, dikarenakan minimnya pencahayaan di sekitar itu. Aku hanya melihat anak kecil yang berada di depan pintu.

Setelah pintu terbuka sepenuhnya dan disinari lampu remang, terlihat jelaslah semuanya.

Aku tercengang. Takut. Kaget.

"Cepat sini!, kasih ke gue!, kalo lu gak mau, gw gorok ni pala bocah."

Bapak-bapak berbadan besar, tinggi, dan berkumis terlihat dari pintu itu, dengan membawa goloknya, dan mengarahkannya ke kepala anak kecil itu, dan sepertinya itu adalah anaknya.

"Buruan. Lu mau anak ni mati?!"

Dia berteriak kepadaku. Aku panik. Aku takut. Tak mungkin aku memberikan barang tersebut kepadanya secara gratis, karena nantinya Tante Gita akan marah kepadaku, dan akan menyuruh algojonya untuk membunuhku lalu mengambil semua organ-organku. Tapi, aku pun juga tidak bisa membiarkan anak kecil itu mati di tangan bapaknya sendiri.

Aku pun teringat Alea. Aku membayangkan bagaimana jika Alea berada di posisi seperti anak kecil itu. Pasti ia akan meminta tolong kepadaku agar aku memberi barang itu secara percuma.

Aku pun kalah. Aku akhirnya memberikannya secara percuma. Tamatlah riwayatku.

"Gitu dong! Ya udah pergi lu sana!'

Akhirnya aku pun pergi. Selama perjalanan pulang aku takut. Gemetar. Aku tak tahu harus pergi kemana. Jika aku pulang pasti Tante Gita akan menemukanku dan akhirnya pun membunuhku. Tapi di sisi lain ada Alea yang menungguku di rumah. Maafkan aku Alea, aku harus pergi terlebih dahulu.

Aku sedang duduk di pojokan stasiun. Tak tahu harus berbuat apa. Sudah 2 hari aku tak pulang ke rumah. Aku takut Tante Gita akan menghampiriku.

Aku lapar. Mungkin aku bisa mencuri disini, karena mereka tak tahu siapa aku. Yang tahu bahwa aku adalah pencuri hanya orang-orang pasar.

Tak lama berfikir, aku pun melakukan aksiku. Aku melihat target. Perempuan. Mungkin mahasiswa. Ia sedang duduk di ujung sana. Aku pun mendekatinya, lalu jongkok di dekatnya berpura-pura mencari barang yang hilang.

Sat set, aku pun sudah mengambil dompetnya. Aku senang. Kuhitung uangnya. Tiba-tiba..Buk. Aku terjatuh.

Kukerjapkan mataku. Kepalaku sakit. Sepertinya aku ditinju dari belakang, tapi tunggu, ini bukan di stasiun.

Ini di rooftop sebuah gedung. Aku juga melihat Alea di depanku.

"Berani juga lu ya. Boleh-boleh...!!"

"Abis gak bisa balikin duit gue, kabur lu ya!"

Itulah yang dikatakan pertama kali oleh Tante Gita. Ya aku tertangkap.

"Dah, langsung aja nih, hajar, mau nego-nego pun, lu gak punya uang. Mending gue ambil organ lu terus gue jual, biar gue tambah kaya."

Mendengar perintahnya, dua algojo mendekatiku. Menodongkan pistolnya. Alea? Jangan tanya, dari tadi ia sudah berteriak memanggil namaku.

Salah satu algojonya pun, mengarahkan pistolnya ke kepalaku, membuka pengamannya dan dorr.

Aku merasakan timah panas menembus kepala. 

Aku sedang berada di ujung kehidupan, ternyata dari sini aku bisa melihat indahnya lampu-lampu kota. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Alea yang berteriak kencang. Aku benar-benar sedang berada di ujung kehidupan.

Jika di dunia ini ada yang pantas untuk mendapatkan gelar orang yang paling jahat maka akulah yang berhak mendapatkannya. Aku telah membohongi keluargaku satu-satunya. Alea.

Semua ini hanya berawal dari suatu malam. Malam yang tragis. Malam yang tidak pernah aku inginkan. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun