Aku sedang duduk di pojokan stasiun. Tak tahu harus berbuat apa. Sudah 2 hari aku tak pulang ke rumah. Aku takut Tante Gita akan menghampiriku.
Aku lapar. Mungkin aku bisa mencuri disini, karena mereka tak tahu siapa aku. Yang tahu bahwa aku adalah pencuri hanya orang-orang pasar.
Tak lama berfikir, aku pun melakukan aksiku. Aku melihat target. Perempuan. Mungkin mahasiswa. Ia sedang duduk di ujung sana. Aku pun mendekatinya, lalu jongkok di dekatnya berpura-pura mencari barang yang hilang.
Sat set, aku pun sudah mengambil dompetnya. Aku senang. Kuhitung uangnya. Tiba-tiba..Buk. Aku terjatuh.
Kukerjapkan mataku. Kepalaku sakit. Sepertinya aku ditinju dari belakang, tapi tunggu, ini bukan di stasiun.
Ini di rooftop sebuah gedung. Aku juga melihat Alea di depanku.
"Berani juga lu ya. Boleh-boleh...!!"
"Abis gak bisa balikin duit gue, kabur lu ya!"
Itulah yang dikatakan pertama kali oleh Tante Gita. Ya aku tertangkap.
"Dah, langsung aja nih, hajar, mau nego-nego pun, lu gak punya uang. Mending gue ambil organ lu terus gue jual, biar gue tambah kaya."
Mendengar perintahnya, dua algojo mendekatiku. Menodongkan pistolnya. Alea? Jangan tanya, dari tadi ia sudah berteriak memanggil namaku.