Salah satu algojonya pun, mengarahkan pistolnya ke kepalaku, membuka pengamannya dan dorr.
Aku merasakan timah panas menembus kepala.Â
Aku sedang berada di ujung kehidupan, ternyata dari sini aku bisa melihat indahnya lampu-lampu kota. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Alea yang berteriak kencang. Aku benar-benar sedang berada di ujung kehidupan.
Jika di dunia ini ada yang pantas untuk mendapatkan gelar orang yang paling jahat maka akulah yang berhak mendapatkannya. Aku telah membohongi keluargaku satu-satunya. Alea.
Semua ini hanya berawal dari suatu malam. Malam yang tragis. Malam yang tidak pernah aku inginkan.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H