Mohon tunggu...
Nalendra Satyatama
Nalendra Satyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Menyelami hikmah dalam semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengisi Liburan di Kota Semarang

28 Desember 2023   15:55 Diperbarui: 28 Desember 2023   15:58 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan akhir tahun ini kami manfaatkan dengan mengunjungi lima kota: Semarang, Ungaran, Demak, Kudus, dan Jepara. Saya biasa memanfaatkan liburan dengan memenuhi lima aspek: religi, sejarah, pemandangan alam, tempat gaul, dan silaturahmi. Wisata religi berarti mengunjungi masjid-masjid khas di kota tersebut bisa masjid bersejarah atau masjid baru. Unsur sejarah dipenuhi dengan mengunjungi museum atau tempat-tempat bersejarah. 

Pemandangan alam tentu saja bisa gunung atau laut. Tempat gaul kami tempatkan karena dua anak kami beranjak remaja. Biasanya tempat gaul ini bisa juga sejenis kulineran. Unsur terakhir adalah silaturahmi ke keluarga atau kenalan. Yang ini biasanya agak susah karena tidak semua kota yang kami kunjungi ada kenalan. Bisa juga ada kenalan tapi orangnya lagi tidak ada.

Kami memesan tiket kereta seminggu sebelum keberangkatan. Kami memesan tiket untuk keberangkatan tanggal 18 Desember, hari Senin. Kami berlibur lima hari 18 Desember sampai 22 Desember. Untuk perjalanan jarak jauh, kami selalu memasang lima hari dengan pertimbangan hari pertama dan terakhir diisi berangkat dan pulang. Waktu tiga hari digunakan untuk full berwisata. Berlibur di Semarang ini kami rencanakan di hari Senin, Kamis sore, dan Jumat pagi. Selasa pagi sampai Kamis siang kami di Demak, Kudus, dan Jepara

Anak-anak sudah libur dan saya sebagai guru juga sudah libur. Perjalanan kereta ini sangat kami nantikan karena inilah pertama kali kami naik kereta melewati Jawa Barat setelah masa pandemi. Praktis selama 2020-2022 kami tidak menggunakan transportasi kereta untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan naik kereta setelah pandemi kami lakukan Juli lalu dengan rute ke Bandung. 

Tiket Tawang Jaya Premium relasi Pasar Senen - Semarang Poncol untuk lima orang telah kami pesan. Perjalanan ke Semarang ini kedua kali bagi istri dan anak-anak. Sekitar Agustus 2017, kami pernah ke Semarang untuk menghadiri pernikahan saudara. Kami duduk berdekatan karena masih cukup banyak tiket tersedia saat melakukan pemesanan. Barang bawaan kami taruh ke dalam tas ransel tanpa koper agar anak-anak kami yang remaja juga bertanggung jawab terhadap tas mereka masing-masing. 

Perjalanan ke Semarang selalu berkesan untuk saya pribadi. Pertama kali saya naik kereta jarak jauh ya tujuan Semarang ini. Banyak saudara dari almarhum bapak yang tinggal di Semarang. Bapak beberapa kali mengajak kami sekeluarga ke Semarang saat saya masih usia SD. Sebelum 2017, terakhir saya pergi ke Semarang tahun 1998 pas Piala Dunia.

Satu hal yang disukai anak-anak, termasuk saya sebenarnya, adalah jajan di kereta. Ketika petugas restoran kereta menawarkan makanan, anak-anak membeli nasi goreng. Saya lebih suka memesan dan makan langsung di gerbong makan. Kebetulan jaraknya hanya terpisah satu gerbong dari tempat kami duduk. 

Walaupun anak-anak sudah makan nasi yang dipesan petugas yang berkeliling, mereka tetap ikut dengan saya ke gerbong makan. Niat menikmati makanan di gerbong urung dilaksanakan karena semua kursi sudah terisi penumpang yang makan saat itu. Jadilah kami memesan makanan ringan untuk dibawa ke tempat kami duduk. Menu bakso kuah dan pop mi menjadi pilihan kami untuk menikmatai makan yang hangat dan berkuah. 

Menyewa bantal juga menjadi kesukaan kami. Saya ingat waktu kecil naik kereta Senja Utama malam-malam. Ada petugas yang membawa banyak bantal. Saya minta orang tua untuk menyewa. Kebiasaan ini menular ke anak-anak. Bersantai dengan bantal dari kereta seperi membawa kesan tersendiri. 

Sepanjang perjalanan, saya sangat menyukai melihat pemandangan alam, jalanan, atau perkampungan di pinggir rel kereta. Terasa hilang rasa penat hiruk pikuk Kota Jakarta saat melihat suasana kampung dan sawah di pinggir rel.Sampai saat ini, saya dan istri masih membatin suatu saat jika diberikan umur ingin sekali menghabiskan masa tua di daerah jauh dari Jakarta. Tetap beraktivitas sambil membuka toko sembako dan anak-anak sudah kerja semua. Itu obrolan kami tentang masa tua jika masih diberikan umur panjang.  

Sekitar pukul 16.15 kereta kami tiba di Stasiun Semarang Poncol. Sebelum berangkat ke tujuan, kami menunaikan sholat Ashar dan Zhuhur jama takhir di musholla stasiun. Musholla stasiun cukup luas, nyaman, dan bersih.. Setelah sholat, kami memesan taksi daring menuju ke Ungaran menuju ke rumah Pak De saya.

Jarak dari Stasiun Poncol ke Ungaran cukup jauh. Kami berkesempatan melihat-lihat Kota Semarang sepanjang perjalanan. Gedung-gedung bertingkat, lalu lintas yang cukup ramai, dan wara-wiri bus Trans Semarang dan Trans Jateng sekilas tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Perbedaan yang mencolok tentu saat kami ke Semarang atas. Suasana sejuk dan suguhan pemandangan ke bawah cukup memanjakan mata. Suasana inilah yang saya rasakan waktu kecil saat menginap di rumah kerabat di daerah Banyumanik. Ada satu pemandangan yang menarik perhatian kami saat melewati Jalan Diponegoro, yaitu bangunan bekas hotel. Posisinya persis di lereng bukit menghadap ke jalan. 

Tibalah kami di Ungaran, rumah Pak De. Suasananya sejuk. Gunung Ungaran terlihat dari jalanan komplek rumah Pak De. Kami disambut hangat dan ditunjukkan kamar-kamar yang bisa kami tempati. Setelah selesai menaruh barang, kami menunaikan sholat Maghrib di rumah.

Setelah shalat Maghrib dan makan malam, saya menanyakan posisi masjid di komplek rumah Pak De. Jaraknya tidak terlalu jauh. Yang menarik komplek perumahan ini jalannya naik turun. Saya dan anak saya yang laki-laki menunaikan sholat Isya di Masjid Baiturrahman, Sebantengan. Dalam perjalanan ke masjid, suasana di komplek malam itu sangat sepi. Tidak ada orang di jalan, kecuali warga yang menuju ke masjid. Suasana ini berbeda sekali di lingkungan rumah kami di Jakarta yang jam segitu lagi ramai-ramainya. 

Selepas sholat Isya, saya bersama kedua anak saya yang laki-laki berkeliling komplek naik motor. Di luar komplek, ada orang berlalu-lalang walau juga masih tergolong sepi. Sampailah kami di suatu cafe tidak jauh dari gerbang kompek rumah Pak De. Namanya Cerita Asmara Coffee & Eatery. Cafe ini cukup luas dengan hamparan taman di tengahnya. Ada tempat bermain untuk anak-anak dan kolam ikan di mengikuti anak tangga. Kami bertiga makan minum di sana dan anak saya bermain di playground yang disediakan setelah makan. Playground disediakan gratis untuk pengunjung. Sekitar jam 9 malam kami bergegas pulang ke rumah Pak De.

Jam 9 pagi kami sudah harus berangkat ke Kudus karena titik perjalanan kami berada di Kudus. Sebelum berangkat, kami sempatkan berkeliling naik motor pagi-pagi mengelilingi komplek. Udara segar mengiringi perjalanan kami. Gunung Ungaran terlihat jelas dari jalanan. Kami menikmati jalan komplek yang naik turun sambil menghirup udara segar pagi itu.

Perjalanan ke Kudus kami tempuh dengan menyewa mobil taksi daring yang semalam. Dari Ungaran ke  Kudus, kami membayar Rp 400.000 sudah termasuk tol. Mobilnya minibus. Harga ini tidak jauh berbeda dengan yang kami lihat di aplikasi dan harga standar menurut supir taksi daring yang kelak kami temui di Kudus. 

Hari Kamis sore, kami tiba kembali dari Kudus. Kali ini di Semarang kami menginap di hotel di tengah kota. Kereta kami berangkat Jumat jam 3 sore sehingga ada waktu dari Kamis sore sampai Jumat siang untuk bermain di Semarang. Kami check in di hotel jam 13.00. Setelah menaruh barang di hotel dan bersantai sejenak, selepas Ashar, kami berangkat ke Jalan Pandanaran untuk mencari oleh-oleh. 

Ikan bandeng, lumpia, dan wingko menjadi tujuan utama. Dari hotel ke Jalan Pandanaran, kami tempuh dengan berjalan kaki. Sore hari itu Jalan Pandanaran dan sekitarnya sangat ramai. Bisa jadi ini selepas pulang kerja campur dengan wisatawan yang berbelanja di sepanjang jalan itu. Kami membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman di Jakarta, tak lupa untuk saudara di Semarang yang akan kami kunjungi setelah membeli oleh-oleh.

Kami berkunjung ke Bu De saya yang tinggal di tengah Kota Semarang. Dia adalah adik dari Pak De saya yang di Ungaran. Terakhir kami bertemu tahun 2017. Bu De senang sekali menerima kunjungan kami apalagi saya membawa anak istri. Ada kebahagiaan agar anak cucu dapat terus  saling mengenal dan silaturahmi.  Kira-kira ada 30 menit kami berkunjung di sana. 

Waktu sudah menunjukkan mendekati pukul 6 sore dan adzan Maghrib akan berkumandang. Istri dan anak-anak kembali hotel untuk beristirahat dan bersiap-siap kulineran malam. Saya melanjutkan perjalanan naik ojek daring ke Banyumanik untuk mengunjungi sepupu yang sedang sakit. Rumah sepupu saya ini berlokasi di perumahan yang konturnya naik turun. Di seberang rumahnya, ada sungai dan tebing. Terasa sekali udara segar menyeruak ke dalam rumahnya.  

Mendekati jam 8 malam, saya sudah sampai kembali di hotel. Kami bersiap kulineran di Simpang Lima. Tetapi, anak kami yang berusia lima tahun tidur. Jadilah kami hanya kulineran dekat hotel. Tepatnya di Nasi Goreng Babat Pak Karmin Jl Thamrin. Kami berjalan kaki melewati gang ke gang daerah Sekayu. Kami makan di kursi luar sambil menikmati udara malam. Pemilihan tempat ini hasil browsing istri saya. Ketemulah Nasi Goreng Babat Pak Karmin ini sebagai salah satu kuliner yang direkomendasi. 

Saat di Jepara, saya belum kesampaian sholat di Masjid Mantingan. Di Semarang ini, saya tidak melewatkan kesempatan sholat di masjid bersejarah, Masjid Agung Kauman. Subuh berjama'ah saya lakukan di masjid tersebut. Masjid ini berlokasi di alun-alun barat Kota Semarang dan tidak jauh dari Pasar Johar. 

Arsitekturnya masih menunjukkan ciri khas masjid bersejarah. Di tembok masjid dekat pintu masuk, ada prasasti berbahasa Jawa dan ada tulisan 1749. Suasana Subuh di masjid itu cukup ramai karena dekat dengan pasar. Setelah sholat Subuh, saya berkeliling alun-alun dan pasar sebelum melanjutkan naik ojeng daring untuk kembali ke hotel.

Sarapan di hotel menjadi kesan tersendiri bagi anak-anak kami. Mereka tidak akan melewatkan momen ini untuk menikmati sajian makanan di hotel. Setelah sarapan, kami bergegas jalan-jalan ke museum. Ada tiga tujuan museum: Museum Mandala Bhakti, Museum Kota Lama, dan Lawang Sewu. 

Tujuan pertama kami ke Museum Mandala Bhakti. Kami duduk manis di taksi daring dan tak sampai lima menit telah sampai di museum. Kami pikir lokasinya jauh. Ternyata jalan kaki pun masih bisa dijangkau. Kira-kira kurang kurang dari 1 km. Cerita di Museum Mandala Bhakti dan Lawang Sewu akan saya tulis terpisah. 

Niat kami ke Museum Kota Lama tak berakhir mulus. Museum buka jam 10.00. Jam 9.35 kami sudah tiba di sana. Kami tanya ke petugas dibuka jam berapa. Ia mengarahkan kami untuk mendaftar terlebih dahulu secara daring. Menjelang jam 10 kami mendafar, ternyata ada kuotanya dan satu aplikasi hanya untuk dua orang. Kuota pagi itu pun sudah habis. Jadilah kami gagal ke masuk ke Museum Kota Lama. 

Saya dan anak saya yang laki kembali ke Masjid Agung Kauman. Kali ini untuk menunaikan sholat Jumat. Kereta kami berangkat pukul 14.54 dari Stasiun Semarang Tawang. Jam 13.30 kami sudah tiba di stasiun untuk makan siang terlebih dahulu. Kami pulang dengan kereta ekonomi Brantas. Kereta tiba di Stasiun Pasar Senen kira-kira mendekati pukul 10 malam. Saat menginjakkan kaki kembali di Stasiun Pasar Senen, berakhir pula petualangan lima hari kami di Semarang, Demak, Kudus, dan Jepara. Semoga kami bisa terus membahagiakan anak-anak dengan bertualang menjelajah kota-kota di Nusantara tercinta ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun