Sadran Gedhe, Tradisi Leluhur Yang Masih Lestari Di Kampungku
Bulan Sya'ban dalam kalender Islam sama dengan bulan Sadran dalam kalender Jawa. Bulan Sadran ini adalah bulan sebelum datangnya bulan puasa Ramadhan. Jadi selain sebagai pengingat atas datangnya bulan puasa Ramadhan, juga ada beberapa event penting  yang ada didalamnya.
Salah satu event yang berbau ritual yang sudah dilaksanakan secara temurun adalah "Tradisi Sadran Gedhe".  Tradisi Sadran Gedhe ini,  sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkah karunianya. Bentuk ungkapan rasa syukur ini diwujudkan dalam wujud nasi tumpeng.Nasi tumpeng yang dilengkapi dengan berbagai  lauk pauknya.
Sadran gedhe ini dilaksanakan di area "pesarean" / pekuburan kampung / desa. Untuk pelaksanaan di masing - masing wilayah menganut adat kebiasaan masing - masing. Ada yang diawal bulan, ada yang di tengah bulan dan ada yang di akhir bulan( tutupan). Demikian juga hari yang dipilih, sudah sesuai dengan kebiasaan dari jaman dahulu. Ada yang hari Senin dan ada yang hari Kamis. Sedangkan tradisi di "pesarean" tempat tinggal saya adalah hari Kamis di pertengahan bulan Sadran.
Tepat di hari Kamis ini, "pesarean di tempat tinggalku bakalan ramai dikunjungi oleh banyak orang. Baik oleh warga setempat
atau warga lain kampung yang ada makam sanak saudaranya yang dikuburkan di sini. Mereka datang berbondong - bondong sambil membawa tumpeng.Â
Nasi tumpeng yang diisi ayam panggang lengkap dengan lauknya seperti sayur kacang panjang,, masakan mie, tempe/tahu, peyek, kerupuk. Kemudian lalapannya ada kecambah, timun, kacang panjang, pete/ jengkol. Lauk ini masih ditambah masakan tradisional yaitu serundeng, kumbu. Jadi jika lengkap lauknya bisa mencapai selusin macamnya. Hal ini merupakan wujud berkahnya rezeki yang diberikan oleh Sang Penguasa Alam.
Setelah dirasa semua sudah berkumpul dengan masing - masing tumpengnya, doa bersama berupa kalimah Tahlil segera dilantunkan. Acara doa bersama ini dipimpin oleh  ustad / kyai bertempat  di balai malang. Balai malang adalah tempat khusus untuk berdoa yang berada di tengah - tengah pemakaman.  Doa bersama dilaksanakan sebelum sambutan dari Kepala Desa.
Perlu saya sampaikan  juga bahwa sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran Gedhe ini, beberapa hari sebelumnya, telah dilaksanakan bersih - bersih makam. Bersih - bersih makam ini, dilakukan secara bergotong - royong  oleh seluruh warga kaum laki - laki, baik tua maupun muda. Pembersihan makam sebagai cara untuk menghormati para leluhur, sehingga makamnya selalu bersih. Sehingga ada rasa nyaman jika berdoa di sebelah makam - makamnya. Yang lebih penting lagi, ini dilakukan sebagai upaya untuk mengingat mati.
Selesainya doa dilantunkan, dengan harapan para leluhur yang sudah mendahului di alam kubur, tetap tenang, selalu mendapat hidayah kebaikan, dilapangkan dan diterangkan kuburnya. Kami yang masih berada di dunia juga tetap diberi kesehatan, keluasan rezeki, dilapangkan dan disempitkan silaturahmi. Seperti hari ini, kami berbaur dengan tujuan yang sama. Mengirim doa buat para leluhur dan menjalin silaturahmi, dan syukuran atas datangnya masa panen padi. Semoga Allah mengijabahi, aamiin.
Semua bersiap makan bersama,menara diri duduk dengan tertib, sambil mendengarkan sambutan dan petuah dari perangkat desa, baik Kepala Dusun maupun Kepala Desa. Dalam sambutannya, Kepala Desa Berta yaitu Bapak Slamet Riyadi, S.Pd., mengatakan bahwa dengan dilaksanakannya Sadran Gedhe ini,sebagai syukuran atas datangnya masa panen padi, Â seluruh warga selalu sehat, rejeki yang murah. Demikian juga para leluhur yang berada di pemakaman ini, selalu mendapat penerang dalam kuburnya. Sadran Gedhe kali ini, Kepala desa didampibgi oleh perangkat desa secara lengakap. Mulai dari Sekdes, Para Kaur, hingga Ketua RT. Tak ketinggalan, petugas dari Koramil juga terlihat ada yang hadir.
Selesai sambutan dari Kepala Desa, waktu selanjutnya juga ada doa bersama seluruh hadirin, Â semoga shodaqoh yang telah dibuatnya ini, akan mendapatkan ganti yang lebih banyak dari ALLAH SWT. Semua hadirin mengaminkan doa dengan hikmatnya.Â
Tiba saatnya tumpeng "dibengkah", saling berbagi, saling melengkapi. Semua menikmati dengan rasa yang indah, yang keluar dari hati. Seperti tahun - tahun sebelumnya, karena ibuku yang selalu baik hati, maka beliau yang memasak tumpeng untuk saya juga. Dan pagi harinya, juga dimasakkan juga buat teman - teman disekokahku. Â Pokoknya tiada duanya kebaikan ibuku. Semoga selalu berkah hidupnya. Aamiin.
Tidak terasa selesai sudah Sadran Gedhe di  Kampungku, sebelum adzan Dzuhur semua warga sudah kembali ke rumah masing - masing. Di rumah dilanjutkan dengan membagikan nasi tumpeng kepada sanak saudara yang tidak sempat datang ke pemakaman.Â
Marilah kita sebagai generasi penerus selalu berusaha menjaga agar tradisi yang berkembang di masyarakat dan berdampak baik bagi kerukunan warga, yang pada gilirannya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Demikian kabar - kabar dari desa yang siap memulai masa panen, sebagai penyangga stok pangan nasional. Semoga tetap jaya.
Semangat dan terimakasih.
Kererangan Foto: Semua Dokumen Pribafi hasil jepretan kamera HP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H