Padahal melapor adalah langkah awal yang krusial untuk memperjuangkan keadilan. Sebaliknya, dalam lingkungan yang responsif (berpihak kepada korban), memberi keberanian korban melaporkan kasusnya karena dukungan yang ia miliki.
Apalagi ketika korban membutuhkan pertolongan segera setelah tindak kekerasan terjadi, karena kadang menyangkut keselamatan jiwa korban. Pertolongan ini semakin penting ketika korban berasal dari lokasi yang jauh dari lembaga layanan yang dapat memberikan pendampingan secara intensif kepada korban. LBK menjadi lingkungan yang paling sigap memberikan pertolongan kepada korban.
Dalam proses pemulihan korban, komunitas adalah lingkungan yang sangat mempengaruhi. Meskipun pelaku kekerasan telah dihukum dengan hukuman yang berat, proses pemulihan bagi korban akan terhambat ketika lingkungannya memberi stigma negatif bahwa korban "telah ternoda", misalnya.Â
Ini menjadi beban yang sangat berat bagi korban kekerasan seksual. Keberadaan LBK akan menjadi lingkungan yang kondusif bagi dalam proses pemulihan korban, sekaligus mempercepat penyelesaian kasusnya.Â
Pengalaman menunjukkan bahwa desakan dari banyak pihak membuka peluang penyelesaian kasus yang lebih cepat dan tuntas.
Dukungan yang kuat dari komunitas, menunjukkan keberpihakkan kepada korban, memutus kekebalan pelaku (impunitas) dan menunjukkan sikap tidak mentolerir kekerasan. Sehingga memberi efek jera bagi pelaku dan mencegah terjadinya kekerasan serupa berulang di masa mendatang.
Dan yang paling penting, LBK memiliki potensi keberlanjutan yang lebih besar daripada layanan yang bertumpu pada program LSM yang datangnya dari luar. Sebab, LSM seringkali tidak lagi mampu memberikan layanan karena tidak memiliki dukungan yang berkelanjutan.***
Dukungan Sumberdaya untuk LBK
Memiliki semangat kerelawanan, yaitu sikap tanpa pamrih dalam menjalankan tugas pengelolaan LBK. Juga kreatif dalam menggunakan kecerdasan dan imajinasi untuk menghasilkan karya atau mencari penyelesaian atas masalah-masalah yang dihadapi. Sikap ini dapat ditumbuhkan melalui pelatihan-pelatihan yang menjadi program LBK.Â
Selain itu, juga dibutuhkan SDM yang memiliki keahlian dalam mengalisis kebijakan yang terkait dengan konsep pengembangan hingga kemandirian LBK, memfasilitasi pelatihan (membuat modul, menjadi fasilitator, menghadirkan narasumber) melakukan lobby dan mengembangkan jejaring, dan melakukan pengorganisasian masyarakat.