Mohon tunggu...
LeeNaGie
LeeNaGie Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Hobi menulis, membaca dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Just Friend (Trilogi Just, Seri-1)

26 Mei 2022   20:20 Diperbarui: 26 Mei 2022   20:24 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yuk, pemanasan dulu," selaku mengajak seluruh tim, setelah meletakkan tas di pinggir arena.

Tanpa menoleh sedikitpun kepada si Kutilangdara, aku langsung melakukan pemanasan. Pertama yang dilakukan adalah berlari sekeliling arena terlebih dahulu selama lima menit. Setelah itu Ankle Pops* untuk melemaskan otot bagian bawah. High Knees and Butt Kicks** menjadi pilihan berikutnya. Terakhir untuk memperbagus shooting dan dribble, pemanasan yang harus dilakukan adalah Cross Shoulder Stretching***.

Setelah pemanasan, kami langsung memulai sesi latihan. Sepuluh menit berlalu, kami mengambil jeda untuk minum terlebih dahulu. Aku mengerling ke arah si Kutilangdara yang mulai menunjukkan raut bosan. Senyuman terukir di bibir ini ketika yakin tidak sampai tiga kali datang latihan, dia sudah pasti hengkang dari klub ini.

Latihan dilanjutkan kembali hingga berakhir di putaran keempat. Kami sengaja berlatih sesuai dengan format pertandingan, agar terbiasa ketika kompetisi nanti.

Setelah melewati empat putaran, latihan selesai. Bagaimana dengan ekspresi si Kutilangdara sekarang? Dia terlihat mengantuk, karena bosan. Cewek aneh itu hanya bisa melihat pemain lain telah meninggalkan arena untuk berganti pakaian.

Dari kejauhan aku melihat Bang Toni bergerak mendekati si Kutilangdara. Dia tampak menyerahkan satu kaleng minuman disambut senyuman oleh cewek aneh itu. Aku hanya bisa tertawa singkat.

"Eh, Kutilangdara sini," panggilku sambil menggamit tangan.

Dia memutar mata dan melempar tatapan malas ke arahku. "Kenapa?"

"Tuh," jawabku sambil melirik ke arah Dust Mop (pel debu) yang bertengger di pinggir arena sebelah selatan.

Si Kutilangdara berdiri, namun sebelumnya berpamitan kepada Bang Toni terlebih dahulu. Bahkan senior seperti lelaki itu juga tidak berkutik di hadapanku.

"Kenapa, Brandon?" Pak Bambang datang setelah kembali dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun