Angka tersebut, masing-masing terumbu karang sebanyak 65,7 juta ton CO2 ton per tahun, padang lamun sebanyak 50,3 juta ton CO2 ton per tahun, fitoplankton sebanyak 36,1 juta ton CO2 ton per tahun tahun dan hutan bakau sebanyak 67,7 juta ton CO2 Â per tahun (DKP, 2007).
Laut juga tidak bisa lepas dari pengaruh aktivitas di pesisir (in-land). Di mana prilaku manusia yang melampaui batas kesadarannya telah menjadi penyebab tingginya output limbah antropogenik yang langsung mengkontaminasi laut.
Pesatnya perkembangan kota pesisir, sektor parawisata termasuk di pulau-pulau kecil telah memberikan tekanan kuat terhadap kondisi kualitas perairan laut.
Buangan jenis limbah antripogenik telah menyebabkan penurunan produktivitas makrobenthos dan kerusakan ekosistem terumbu karang dan padang lamun.
Fakta yang mulai muncul, misalnya, di Kepulauan Karimunjawa dengan hasil kajian yang menyimpulkan adanya hubungan atau pengaruh nyata antara tingkat kerusakan terumbu karang dengan pesatnya pengembangan sektor parawisata.
Munculnya fasilitas perhotelan memberikan kontribusi terhadap jumlah output limbah yang dihasilkan, apalagi jika ditelusuri, tidak sedikit ditemukan kenyataan bahwa hotel tersebut tidak didukung sarana pengelolaan limbah.
Dunia juga tengah menyoroti pencemaran laut akibat sampah plastik. Temuan berbagai kasus adanya akumulasi sampah plastik dan mikroplastik dalam tubuh ikan menjadi bukti nyata bahwa plastik menjadi ancaman, bukan hanya bagi biota tapi bagi kesehatan manusia.
Tak pelak saat ini Indonesia menjadi sorotan dunia, karena menjadi negara dengan penyumbang sampah plastic di lautan terbesar kedua dunia (sumber: www.bbcnews.com). Letak geografis Indonesia sebagai jalur lintas Asia dan Australia, diduga memicu tingginya sampah plastic di Perairan.Â
Bahkan, beberapa waktu lalu, sebuah video yang beredar di youtube menunjukan begitu banyak sampah plastik di salah satu perairan di Bali, yang notabene sebagai daerah parawisata.
Hasil riset Jenna Jambeck, seorang peneliti dari Universitas Georgia, USA yang dipublikasikan tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik terbesar nomor dua dunia, dengan berat sampah yang disumbang mencapai 187,2 juta ton (dikutip dari www.kompas.com).
Akumulasi sampah plastik sangat berbahaya karena mengancap kesehatan manusia, alur pelayaran, dan yang paling miris yakni ancaman terhadap kehidupan biota laut. Indonesia harus berkomitmen untuk mereduksi sampah plastik dengan langkah-langkah konkret.