Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Laut dan Kelangsungan Makhluk Bumi (Refleksi Hari Laut Sedunia)

8 Juni 2018   11:09 Diperbarui: 8 Juni 2021   06:32 3977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka tersebut, masing-masing terumbu karang sebanyak 65,7 juta ton CO2 ton per tahun, padang lamun sebanyak 50,3 juta ton CO2 ton per tahun, fitoplankton sebanyak 36,1 juta ton CO2 ton per tahun tahun dan hutan bakau sebanyak 67,7 juta ton CO2  per tahun (DKP, 2007).

Laut juga tidak bisa lepas dari pengaruh aktivitas di pesisir (in-land). Di mana prilaku manusia yang melampaui batas kesadarannya telah menjadi penyebab tingginya output limbah antropogenik yang langsung mengkontaminasi laut.

Pesatnya perkembangan kota pesisir, sektor parawisata termasuk di pulau-pulau kecil telah memberikan tekanan kuat terhadap kondisi kualitas perairan laut.

Buangan jenis limbah antripogenik telah menyebabkan penurunan produktivitas makrobenthos dan kerusakan ekosistem terumbu karang dan padang lamun.

Fakta yang mulai muncul, misalnya, di Kepulauan Karimunjawa dengan hasil kajian yang menyimpulkan adanya hubungan atau pengaruh nyata antara tingkat kerusakan terumbu karang dengan pesatnya pengembangan sektor parawisata.

Munculnya fasilitas perhotelan memberikan kontribusi terhadap jumlah output limbah yang dihasilkan, apalagi jika ditelusuri, tidak sedikit ditemukan kenyataan bahwa hotel tersebut tidak didukung sarana pengelolaan limbah.

Dunia juga tengah menyoroti pencemaran laut akibat sampah plastik. Temuan berbagai kasus adanya akumulasi sampah plastik dan mikroplastik dalam tubuh ikan menjadi bukti nyata bahwa plastik menjadi ancaman, bukan hanya bagi biota tapi bagi kesehatan manusia.

Tak pelak saat ini Indonesia menjadi sorotan dunia, karena menjadi negara dengan penyumbang sampah plastic di lautan terbesar kedua dunia (sumber: www.bbcnews.com). Letak geografis Indonesia sebagai jalur lintas Asia dan Australia, diduga memicu tingginya sampah plastic di Perairan. 

Bahkan, beberapa waktu lalu, sebuah video yang beredar di youtube menunjukan begitu banyak sampah plastik di salah satu perairan di Bali, yang notabene sebagai daerah parawisata.

Hasil riset Jenna Jambeck, seorang peneliti dari Universitas Georgia, USA yang dipublikasikan tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik terbesar nomor dua dunia, dengan berat sampah yang disumbang mencapai 187,2 juta ton (dikutip dari www.kompas.com).

Akumulasi sampah plastik sangat berbahaya karena mengancap kesehatan manusia, alur pelayaran, dan yang paling miris yakni ancaman terhadap kehidupan biota laut. Indonesia harus berkomitmen untuk mereduksi sampah plastik dengan langkah-langkah konkret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun