Ini menjadi titik tolak untuk menggugah  kesadaran dunia tentang laut dan kondisinya saat ini. PBB telah menyerukan negara-negara di dunia untuk melindungi laut dari ancaman kerusakan akibat orientasi pembangunan yang memanfaatkan laut secara tidak bertanggungjawab.
Antroposentrisme telah membawa perubahan besar terhadap penurunan kualitas lingkungan global khususnya laut. Perubahan iklim yang memicu global warming telah mengakibatkan ancaman terhadap sumber daya laut.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mencatat, efek global warming telah memicu kenaikan suhu permukaan bumi 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir.
Kondisi itu, memicu laju pencairan es di kutub utara semakin cepat, efeknya sea level rise terus terjadi.
Sedangkan laporan yang dikeluarkan IPCC berjudul Climate Change Impacts, Adaptation dan Vulnerability disebutkan bahwa di Indonesia telah terjadi kenaikan suhu rata-rata antara 0.2-1 derajat Celcius per tahun berdasarkan data IPCC antara tahun 1970-2000.
"Naiknya suhu bumi hingga dua derajat celsius akan berdampak petaka, mulai dari meningkatnya permukaan air laut, gunung es mencair hingga menghilangkan pulau". Saya  mengutip pernyataan Menteri KLHK saat membuka Festival Iklim dua derajat di JCC, dari merdeka.com.
Sebagai negara kepulauan tentunya Indonesia menjadi negara dengan potensi efek negatif yang dominan dari kondisi itu.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat hingga tahun 2007 sebanyak 24 pulau kecil lenyap akibat pemanasan global, tsunami, abrasi dan penambangan pasir yang tak terkendali (dikutip dari kompas.com edisi 2 Oktober 2009).
KKP dan PBB bahkan memprediksi hingga tahun 2030 sebanyak 2.000 pulau kecil terancam akan hilang akibat pemanasan global, jika tidak ada penanganan yang serius.
Luar biasa, ini harus jadi fokus perhatian melalui upaya mitigasi sejak dini.