Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Geostrategi Indonesia dan Pembangunan Sabang

15 Mei 2018   07:21 Diperbarui: 15 Mei 2018   07:48 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Sail Sabang 2017 - Kompas.com)

Khusus pada sektor perikanan, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan Sabang sebagai Kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT). Tujuannya adalah bagaimana memanfaatkan potensi ekonomi SDA Perikanan bisa menjadi motor penggerak ekonomi.

Letak geografis Sabang yang berada di bibir Samudera Hindia, sangat potensial sebagai pusat perdagangan ekspor perikanan ke berbagai negara seperti China/Hongkong, Malaysia, India, Jepang dan negara lainnya.

Sebagai kawasan yang terkenal dengan sumber daya ikan tuna, sangat berpeluang menjadi komoditas ekspor unggulan Sabang ke depan. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang mencatat total potensi lestari sumber daya ikan di perairan Sabang mencapai 78.068 ton per tahun dengan nilai ekonomi diperkirakan hingga Rp 2,3 triliun per tahun.

Sayangnya, saat ini akses perdagangan tuna masih dilakukan melalui pelabuhan Lampulo Aceh, dan kemudian diekspor melalui pelabuhan Belawan Medan. Sebuah rantai tata niaga yang kurang efisien, ironisnya Sabang sebagai basis SDA justru tak merasakan nilai tambah ekonomi.

Program SKPT yang diinisiasi KKP, dengan tangan dingin Susi Pudjiastuti diharapkan akan menjadi titik tolak menjadikan Sabang sebagai pusat perdagangan ekspor produk perikanan utamanya tuna di ujung barat Indonesia.

Pelibatan multisektor terkait menjadi sangat penting dalam membangun sistem bisnis integratif yang efektif. Pemerintah bisa saja mendorong pembangunan industri perikanan Sabang dengan skema Public Private partnership, misalnya dengan menggandeng KADIN (Kamar Dagang Indonesia)

Catatan penulis, BPKS memiliki tanggung jawab besar yang hampir sama dengan BP Batam. Oleh karenanya, sekali lagi penulis sampaikan, bahwa kegagalan pusat pertumbuhan di Batam harus menjadi bahan pembelajaran. BPKS harus benar-benar membawa Sabang sebagai pusat perdagangan dan industri berbasis SDA, sehingga posisi geostrategis Sabang ini memberikan efek ganda terhadap pemanfaatan nilai ekonomi sumber daya bagi kepentingan nasional.

Perhelatan "Sail sabang 2017" yang digelar 25 November hingga 5 Desember, harus dijadikan titik balik sekaligus membuka kesadaran kita, bahwa Sabang pernah berjaya dan harus kita kembalikan kejayaannya mulai saat ini. Jangan sampai Sail Sabang ini hanya sebatas ajang seremonial rutin tanpa makna dan dampak ikutan yang berarti.

Pulau Weh, Sabang, 2 Desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun