Mohon tunggu...
Elisius Udit
Elisius Udit Mohon Tunggu... Guru - Pengejar Waktu

Waktu senantiasa pergi dan tak akan kembali. Lakukan apa yang perlu dilakukan hari ini. Besok mempunyai urusannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Tentang Coaching untuk Supervisi Akademik

30 Maret 2023   00:05 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:14 2118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Supervisi akademik mengarah kepada dua paradigma utama yang menjadi landasan supervisi akademik yakni pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Seorang supervisor harus memfokuskan diri pada dua hal ini pada pelaksanaan supervise agar kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjadi nyata dan terlaksana. Dalam konteks ini, supervisor perlu memahami bahwa supervise akademik bertujuan pertumbuhan yang mana setiap individu akan melihat supervisi sebagai bagian dari daur ulang belajar demi pengembangan performanya. Selain itu, supervis juga bertujuan mengembangkan yakni mendorong individu mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan dirinya. Proses supervise juga bertujuan mengevaluasi yakni sarana memonitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Setelah saya membaca keseluruhan materi di modul 2.3 tentang Coaching untuk supervise akademik akhirnya saya menyimpulkan bahwa semua guru seharusnya mempelajari dan memahami materi ini demi pelaksanaan tugasnya di sekolah terutama di dalam kelas. Apalagi seorang calon guru penggerak yang juga adalah calon kepala sekolah yang salah satu tugas pokoknya sebagai supervisor pendidikan. Seorang calon guru penggerak harus mempelajari dan memahami materi ini dengan baik agar pada saatnya bisa menjalankan tugas dengan baik pula.

Materi pada modul 2.3 tentang coacing untuk supervisi akademik ini sangat berkaitan dengan materi-materi yang sudah dipelajari pada modul-modul sebelumnya.

1. Supervise akademik bertujuan untuk mengembangkan komptensi guru yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu agar mampu mendesain pembelajaran. Beberapa peran guru penggerak yang dibahas pada modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak adalah menjadi pemimpin pembelajaran, mewujudkan kepemimpinan murid dan berpihak pada peserta didik. Supervisi akademik sesungguhnya sangat terarah pada tujuan mengembangkan kompetensi guru dan mengoptimalkan potensinya untuk menjadi pemimpin pemlajaran yang professional, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan melahirkan peserta didik yang mampu memimpin dirinya sendiri. Proses coaching akan sangat membantu seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk menemukan kekuatan dalam diri peserta didik agar kemudian menuntunnya mengembangkan diri (kepemimpinan murid) sesuai dengan kekuatannya masing-masing. Dalam konteks ini, guru menjadi coach yang membantu dan memberdayakan peserta didik mengembangkan kompetensinya dan mengoptimalkan potensinya.

2. Supervise akademik dengan paradigma berpikir coaching juga bertujuan mengembangkan kompetensi guru secara berkelanjutan dan mengoptimalkan potensinya agar menjadi guru yang reflektif, mandiri, inovatif dan kolaboratif. Hal ini sangat berkaitan erat dengan nilai seorang guru penggerak yang sudah dipelajari pada modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak. Proses supervise akademik dengan paradigma berpikir coaching akan sangat mungkin melahirkan guru dan peserta didik yang mampu melihat dirinya sendiri (kompetensi dan potensinya), guru dan peserta didik yang inovatif, kolaboratif dan menjadi pribadi yang mandiri.

3. Salah satu komptensi coaching adalah kehadiran penuh. Kehadiran penuh sangat mungkin membantu seorang coach untuk memfokuskan diri pada coachee sehingga mampu dapat memberdayakan kompetensi dan mengoptimalkan potensi coachee. Kehadiran penuh dapat saja tidak dapat dibangun apabila coach belum mampu menghadirkan dirinya secara utuh dalam proses coaching. Karena itu, perlu sekali diusahakan agar coach menghadirkan dirinya secara utuh dalam proses coaching. Hal ini sangat mungkin dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran sosial dan emosional sebagai yang dipelajari dalam modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional. Contoh kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening sebagaimana yang dipelajari pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional.

Satuan pendidikan sangat penting untuk menerapkan prinsip dan paradigma berpikir coaching ini dalam supervise akademik. Supervisi akademik dengan menerapkan prinsip dan paradigm berpikir coaching sangat mempengaruhi dalam usaha mengembangkan kopetensi guru agar menjadi diri yang otonom. Supervisi akademik selalu terarah kepada pengembangan dan peningkatn kompetensi mengajar guru demi peningkatan kualitas proses pembelajaran di dalam kelas yang berpusat pada peserta didik. Karena itu, seorang supervisor perlu untuk mengedepankan semangat memberdayakan dalam proses supervise, bukannya mengevaluasi tanpa solusi.

Guru pada dasarnya adalah seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru seharusnya melaksanakan proses pembelajaran yang interaktif, menginspirasi, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Karena itu, perlu dilaksanakan supervisi akademik untuk mengetahui, memberdayakan dan memaksimalkan potensi guru demi pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Pada konteks ini sudah pasti dibutuhkan kehadiran seorang supervisor. Supervisor dalam sebuah satuan pendidikan adalah seorang kepala sekolah. Kepala sekolah dapat menjadi supervisor yang baik kalau dia mampu mendorong warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid. Seorang supervisor mampu melakukan hal ini apabila dia dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Semua hal ini hanya akan mungkin dicapai apabila melakukan proses coaching.

Pendidikan seturut Ki Hadjar Dewantara menekankan pada proses 'menuntun'  pada tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Untuk dapat menuntun peserta didik dengan baik dibutuhkan ketrampilan coaching dari seorang guru agar betul membawa peserta didik mencapai keselamatan dan kebhagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam konteks pendidikan, proses coaching merupakan komunikasi pembelajaran guru dan peserta didik yang memberikan ruang kebebasan agar peserta didik menemukan kekuatan dirinya. Guru hadir sebagai pamong yang menuntun dan memberdayakan potensi peserta didik agar selalu berjalan sesuai jalan dan arahnya untuk menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya sendiri.

Hal-hal ini akan mungkin dilaksanakan apabila seluruh pendidik dan pemimpin satuan pendidikan memiliki pemahaman yang sama tentang konsep coaching ini. Untuk konteks satuan pendidikan tempat saya bekerja pengimplementasian hal ini membutuhkan waktu karena sebagian besar pendidiknya belum mempelajari materi ini apalagi memahaminya. Karena itu, untuk pengimplementasiannya terlebih dahulu akan dilakukan sosialisasi agar semua warga satuan pendidikan memiliki kesamaan konsep tentang supervise akademik dengan paradigma berpikir coaching ini. Apalagi selama ini proses supervise hanya mengarahkan kepada umpan balik yang satu arah saja atau lebih tepat disebut mengevaluasi proses pembelajaran, belum sampai pada proses pemberdayaan dan pengoptimalan potensi guru. Untuk itu, hal ini menjadi salah satu tujuan sosialisasi agar ada kesamaan pemahaman tentang supervise akademik dan dapat dijalakan sesuai tujuan supervise akademik dengan paradigma coaching ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun