Tidak satu pun orang di dunia ini yang mampu mengontrol orang lain. Bila ada orang yang mengaku mampu mengontrol orang lain, itu hanyalah sebuah ilusi. Paradigma yang dibangun oleh guru-guru di sekolah selama ini bahwa mereka mampu mengontrol peserta didik. Dr. Wlliam Glasser melihat ini adalah sebuah ilusi saja. Karena sesungguhnya peserta didik sendirilah yang dapat mengontrol dirinya sendiri. Bukan guru, juga bukan orang tuanya.
Ada beberapa hal yang keliru dan coba diluruskan oleh Dr. William Glasser dalam teorinya.
Ilusi guru mengontrol peserta didik.Â
Guru tidak dapat memaksa peserta didik melakukan sesuatu apabila peserta didik tidak mau melakukannya. Kalaupun peserta didik memilih untuk mengikuti gurunya, itu hanya terjadi apabila peserta didik sedang mengijinkan guru mengontrol dirinya. Pada posisi ini, control guru menjadi sebuah kebutuhan bagi peserta didik. Teori control melihat bahwa semua tindakan manusia memiliki tujuannya masing-masing; perilaku yang baik pun yang tidak disukai.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.Â
Salah satu bentuk kontrol adalah penguatan positif. Namun, hal ini hanya berdampak dalam waktu jangka pendek. Bisa jadi peserta didik akan mencoba menuruti atau menolaknya dan bisa juga peserta didik akan menjadi sangat tergantung pada gurunya.
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat  menguatkan karakter.
Guru yang mengontrol peserta didik dengan kritikan dan rasa bersalah akan menciptakan peserta didik dengan identitas gagal. Peserta didik akan menilai dirinya buruk dan tidak berdaya, negatif.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.Â
Banyak orang percaya bahawa penguatan positif efektif dan bermanfaat. Itu hanyalah sebuah ilusi. Penguatan positif menjadi salah satu bentuk control guru terhadap peserta didik. Kontrol seperti ini akan berdampak pada jangka waktu tertentu saja dan tidak menyadarkan peserta didik untuk melakukan sesuatu berdasarkan motivasi dari dalam dirinya.
3. Teori motivasi