Mohon tunggu...
Abidah Rolian Lea Kharima
Abidah Rolian Lea Kharima Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas teknologi Yogyakarta

Menyukai belajar bahasa baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Persamaan dan Perbedaan Antara Realisme, Neo-Realisme, Liberalisme, dan Neo-Liberalisme

20 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 20 Oktober 2024   15:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aliran pemikiran ini menekankan pada kesejahteraan individu, pentingnya tata kelola pemerintahan yang demokratis, dan peran institusi dalam mengurangi kekuasaan negara. Tidak seperti realisme yang sering memandang negara sebagai aktor yang mementingkan diri sendiri dalam zero-sum game, liberalisme berpendapat bahwa keuntungan bersama dapat dicapai melalui kolaborasi dan nilai-nilai bersama. Salah satu konsep dasar  teori HI liberal adalah “teori perdamaian demokratis.” Hal ini menyatakan bahwa negara-negara demokrasi cenderung tidak terlibat dalam konflik bersenjata satu sama lain karena keterbatasan kekuatan domestik dan nilai-nilai bersama.

Gagasan ini mendukung gagasan bahwa peningkatan demokrasi di seluruh dunia akan meningkatkan stabilitas internasional. Lebih jauh lagi, liberalisme mencakup berbagai aliran seperti idealisme, teori  komersial, dan teori republik, yang bersama-sama mendukung dunia yang saling terhubung di mana perdagangan dan diplomasi mendorong kerja sama antar negara. Faktor-faktor ini menekankan keyakinan bahwa saling ketergantungan ekonomi dapat mengurangi konflik dengan menciptakan insentif bagi hubungan  damai.

Singkatnya, liberalisme memberikan kerangka  progresif untuk memahami hubungan internasional dengan menganjurkan demokrasi, kerja sama melalui perdagangan dan lembaga internasional, dan mendorong lingkungan yang kondusif bagi perdamaian. Meskipun hubungan internasional liberal mengakui keterbatasannya dibandingkan dengan paradigma lain seperti realisme, hubungan internasional tetap menjadi lensa penting yang digunakan para sarjana untuk menganalisis dinamika global saat ini.

Neoliberalisme dalam hubungan internasional merupakan kerangka teoritis penting yang menekankan potensi kerjasama antar negara dalam sistem dunia yang anarkis. Aliran pemikiran ini, yang sering disebut sebagai institusionalisme liberal, meyakini bahwa organisasi internasional memainkan peran penting dalam mendorong kerja sama dengan memberikan informasi penting dan mengurangi dilema tindakan kolektif (Alhammadi, 2022).

Berbeda dengan neorealisme yang menekankan sifat kompetitif  interaksi antar negara dan mengedepankan kepentingan nasional, neoliberalisme menekankan pentingnya norma, rezim, dan kerangka kelembagaan dalam mendorong perilaku kooperatif antar negara.

Para ahli teori utama seperti Robert Keohane dan Joseph Nye  memberikan kontribusi  signifikan terhadap paradigma ini dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti "saling ketergantungan yang kompleks" untuk menjelaskan keterhubungan antar negara di luar pertimbangan militer belaka. Dampak  kebijakan neoliberal tidak hanya terbatas pada wacana teoretis, namun juga mempunyai konsekuensi nyata terhadap pembangunan global dan kesetaraan sosial.

Setelah kita mengetahui teori-teori Realisme, Neo-realisme, Liberalisme, dan Neo-liberalisme sebagai empat teori utama dalam hubungan internasional yang menawarkan perspektif  berbeda mengenai perilaku negara dan sifat politik dunia. Kita dapat mencari perbedaan serta persamaan dari keempat teori tersebut.

Realisme berpendapat bahwa  dalam sistem internasional yang kacau di mana hubungan kekuasaan mengatur interaksi, negara-negara bertindak terutama demi kepentingan mereka sendiri. Bagi realisme, negara adalah satu-satunya aktor dalam hubungan internasional yang akan mengatur entitas lain. Demikian pula neorealisme yang didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, namun menekankan struktur sistem internasional sebagai penentu perilaku negara.

Kedua teori tersebut memiliki pandangan pesimistis terhadap sifat manusia dan mengutamakan kekuatan militer sebagai hal yang penting bagi keamanan nasional. Dalam pandangan teori tersebut akan memunculkan sebuah penyeimbangan kekuatan atau Balance of Power guna mencegah adanya negara yang terkuat dan mencegah ancaman keamanan.

Berbeda dengan kerangka  realis, liberalisme memperkenalkan perspektif yang lebih optimis dengan menekankan kemungkinan kerjasama antar negara melalui institusi dan norma. Menurut kaum liberalis, semakin banyak kerja sama,hubungan antar negara di dunia akan semakin damai.

Kaum liberal berpendapat bahwa saling ketergantungan ekonomi dan  pemerintahan  demokratis dapat mengurangi konflik. Neoliberalisme memperluas gagasan ini dengan berfokus pada bagaimana lembaga-lembaga internasional memupuk kerja sama meskipun terjadi anarki. Meskipun liberalisme dan neoliberalisme mengakui pentingnya aktor negara, keduanya berbeda dalam penekanannya pada mekanisme kelembagaan dan tindakan kolektif sebagai jalan menuju perdamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun