"Guru konseling saat Janet masih sekolah dulu. Setelah suaminya meninggal Beliau minta mengundurkan diri sebagai pengajar dan memilih menjadi penjaga rumah ibadah. Dulu beliau sangat dekat dengan Janet."
****************
Sebenarnya ini adalah perpisahan yang sangat menyedihkan karena Janet masih tergolek di salah satu kamar di rumah Ibu Helena yang begitu penuh kasih sayang merawatnya. Kepada masyarakat desa Wacola aku hanya dapat mengucapkan terima kasih dan bahwa dunia kerja telah kembali memanggilku. Meski keluarga Sam mengetahui bukan itu yang terjadi. Aku hanya merasa sudah saatnya masalah Joana, Pedro, dan Janet diselesaikan oleh orang-orang Wacola sendiri. Di telinga Janet aku hanya bisa berbisik," Semoga kau lekas sembuh, Janet. Rembulan itu masih milikmu. Lain waktu kita pasti masih bisa berjumpa." Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Janet selain air mata yang mengalir deras dari sudut matanya yang masih terpejam.
Tidak ada pesan khusus juga untuk Sam, selain mengatakan," Pria selalu memiliki jiwa misterius tersendiri kapan saat ia akan mengakhiri masa sendirinya. Namun jika kau merasa sudah saatnya untuk memiliki pendamping hidup. Janetlah perempuan itu. Cintanya kepadamu lebih besar dari yang kau kira selama ini."
***********************
Langkahku menuju mobil yang akan mengantarkan aku ke stasiun terhenti oleh teriakan Ben.
"Marie......! Hai, Sam ! Minggir dulu. Aku akan menunjukkan sesuatu...!" Ben tampak mengacung-acungkan beberapa lembar kertas.
"Apa ?" Heran sekali melihat tingkah Ben.
"Masuk rumah dulu....." Aku dan Sam mengikutinya dari belakang.
"Lihat foto-foto ini. Aku dan teman-temanku di klub camping mendapatkan ini semua." Kata Ben.OMG ! Foto-foto hal yang tidak pantas dilakukan oleh Joana dan Pedro.
"Hugo pasti akan menceraikan Joana jika mengetahui hal ini...." Kata Ben lagi.