Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pernikahan Gerhana (5)

9 Mei 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kuda jantan milik Ben-pun telah akrab denganku. Ia bernama Kuupe. Sharon juga memperkenalkan kudanya yang bernama R-Tone. Namun untuk misalkan pergi ke tempat-tempat lain di desa Wacola ini aku lebih nyaman dengan Kuupe. Seperti hari ini aku ingin berjalan-jalan ke Pantai Pasir Putih dan ke keramaian dekat stasiun.

" Apakah anda perlu panah, Nona ?" Sam bertanya dengan senyum lebar menggoda.

"Tidak perlu, terima kasih." Aku tahu Sam hanya iseng menanyakan itu.

Aku benar-benar sedang ingin menikmati kesendirian tanpa ditemani oleh Janet, Sam, ataupun saudara-saudara Sam. Aku pergi hanya dengan Kuupe dan tas selempang yang aku pakai. Tujuan pertama adalah Pantai Pasir Putih dan pantai itu memang benar-benar indah. Tidak berbeda dengan gambar maupun penjelasan yang ada di buku-buku tourism Wacola.

Aku ambil cincin bermata biru dari dalam kotaknya yang berada di tasku.Aku akan membuang semua kenangan yang ada di cincin ini terutama tentang Hendry. Aku akan membuangnya jauh ke tengah laut sana. Tapi.....Apa hakku untuk membuangnya ? Cincin ini kami beli ketika aku, Hendry, Mira, dan Neil diajak Kak Diego ke sebuah pekan buku di kota.  Di cincin ini tidak hanya ada kenangan tentang Hendry namun juga tentang Mira dengan Neil, Kak Diego, dan juga buku. Cincin ini pun aku masukkan ke dalam kotaknya lalu aku simpan lagi ke dalam tas. Biarlah Tuhan yang mengatur semua kenangan di memoryku. Kuupe-pun membawaku ke keramaian dekat stasiun.

Di dekat stasiun ini ternyata telah ada fasilitas internet warga. Entahlah, ini baru atau aku yang tidak menyadarinya ketika baru turun dari kereta bersama Janet. Pada detik ini aku berterima kasih kepada Tan Yin Yang yang selalu mengingatkanku untuk terus belajar bahkan pada hal-hal yang telah kita kuasai. Dua tahun belajar komputer hanya akan membuat kita sekedar tahu tentang masalah-masalah teknis tanpa semangat menggali. Itu yang dikatakan oleh Tan Yin Yang.Aku buka google dan search kata belajar Lanzones. Oh, tidak aku sangka taman tempat aku belajar telah memiliki blog khusus. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya ketika membaca dan membuka gambar-gambar yang ada disitu. Lalu juga membuka untaian puisi karya Mira. Menahan tangis sungguh membuat kepalaku pusing, leher kaku, dan dada sesak. Dengan mata berkunang-kunang aku tulis komentar di blog itu.

"Kak Annie." -Marie-

"Hai, Marie. Masih di Wacola?" -Mira-

Thank, God. Langsung ada balasan dan hilang seketika segala rasa tidak enak di tubuhku. Hari itu aku memutuskan untuk memesan kamar di penginapan dekat fasilitas internet. Aku lewatkan sepanjang hari untuk chatting dan berkirim informasi dengan Kak Annie, Mira, lalu juga dengan Ayah, Ibu, dan juga adik-adikku.Merekalah surgaku.

Pada pukul 22.00 malam fasilitas internet ditutup. Kehidupan malam telah dimulai. Dari informasi orang-orang disini ada beberapa pub yang adalah milik Joana, isteri Hugo. Aku masuk ke salah satunya. Malam itu akan ada penampilan Belly Dancer.

Pertunjukan dimulai dengan penampilan pembuka seorang pemula yang bernama Aini. Ia tidak begitu menarik.Setelah Aini masuk, muncullah si Belly Dancer yang paten. Ia bernama Tsuraiya. Musik padang pasir menusuk ke setiap ruangan. Ruang remang-remang namun bukan berarti aku tidak bisa mengenal jelas sosok yang menari menjijikkan di depan panggung sana. Dia adalah Pedro, si laki-laki suku Veno yang sering datang ke rumah Janet. Orang-orang di sekelilingnya memberinya semangat dengan memanggilnya calon bos besar. Semakin larut Pedro makin menggila dan mataku sudah tidak bisa kompromi dengan segala yang Pedro lakukan disana. Aku memutuskan untuk kembali ke penginapan, membersihkan diri, dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun