Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pernikahan Gerhana (5)

9 Mei 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

" Rahasia." Kataku sambil tersenyum kepada Janet meski terus terang sebenarnya aku tidak tahu jawaban apa untuk pertanyaan itu. Namun aku cukup berbangga karena dengan jawaban itu aku bisa melihat senyum Janet kembali. Senyumnya seperti senyum Mira setiap kali aku goda tentang hubungannya dengan Neil.Tuhan, beri aku kekuatan untuk mempersatukan Janet dengan Sam. Janet begitu mencintai Sam seperti halnya Mira mencintai Neil.

"Apa lagi yang kita cari disini ? Ayo, pulang." Kataku kepada Janet.

"OK. Baik-baik kalian disini." Janet menirukan kata-kata Sam sambil menuju ke arahku. Berdua kami menuruni bukit. Tidak begitu jauh kami berjalan aku melihat jejak kaki tanpa alas yang sangat jelas di bawah sebuah pohon besar. Janet berjalan di depanku. Diam-diam aku sedikit mendongak ke atas pohon, tampak Sam berada di salah satu dahan bagian atas.

" Marie, kau berjalan lama sekali..." Janet sudah cukup jauh di depanku sana.

"Oh, ya..." Aku berlari menyusulnya sambil menahan tertawa. Ternyata Sam tadi tidak langsung meninggalkan kami dan langsung kembali ke desa. Tapi apakah tadi Ia mendengar pembicaraanku dengan Janet ? Ah, sudahlah. Bukan masalah juga kalau ia tadi mendengar semuanya.

***********************

Peristiwa Janet yang berlari dari hall desa mau tidak mau akhirnya membuka hubungan Janet dengan Sam di depan warga desa sekaligus juga membuka rencana pernikahan Janet dengan Hugo. Pedro, laki-laki yang juga keturunan suku Veno sering kali berada di rumah Janet atau pun terlihat pergi dengan Ayah Janet.

"Sam lebih pantas denganmu, Marie."

"Marie, menikahlah dengan Sam.Jadilah warga desa Wacola."

Bertubi-tubi kalimat itu aku dengar dari warga desa ini dan hanya aku balas dengan senyum. Alangkah menyenagkan sebenarnya jika aku menjawab bahwa saya sudah punya Hendry. Tapi bukankah kenyataannya tidak ada Hendry ?Perih juga hatiku menerima kenyataan ini.

Membaca buku-buku di rumah Sam (Saya kesana pasti dengan mengajak Janet)  dan juga berbincang-bincang dengan saudara-saudara Sam yaitu Ben, Sharon, dan Roma yang sering aku panggil Amor cukup membuatku terhibur. Tidak aku sangka segala hal yang aku pelajari di desa Lanzones sama seperti yang Sam dan saudara-saudaranya pelajari di sekolah mereka.Sekali lagi  aku mengacungkan jempol untuk Kak Diego dan Kak Annie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun