" Gibraltar Azizi.Panggil saja Gibb." Kata Barney. Saya agak terkejut Barney menggunakan nama aslinya. Tidak terkecuali juga Leo. Ia menatap serius ke arah wajahku dan wajah Barney atau Gibb itu. Aku menggeser kursiku lebih dekat pada kursi Leo. Bagaimanapun hanya Leo yang saya inginkan ada di sampingku, di hatiku, dan untuk seluruh hidupku ke depan. Namun mengapa Leo tidak memesan makanan apapun? Ia hanya minum.
" Sudah kenyang..." Katanya.
"Kalau begitu kita ke kantor lagi saja..." Saya gandeng tangan Leo sambil beranjak.
" Habiskan dulu saladnya, Hun..."
"Tidak usah, Sudah cukup yang masuk ke perut kok." Koridor tanaman anggur benar-benar beku dan bisu. Tuhan, apa yang ada di pikiran Leo sebenarnya? Komunikasi kami selama ini memang seperti ini. Tidak seperti pasangan-pasangan yang lain.Ini pun sudah sangat kami syukuri dan kami merasa memang beginilah pola komunikasi yang Tuhan berikan untuk kami berdua. Keluar dari lift, dua kupu-kupu masih ada disitu.
Â
                                         **************************
Â
Tuhan, apakah saya tidak salah dengar ? Leo berbicara dengan seseorang di telepon. "Please, naik kesini. Temani aku makan. Ah ya, kemanapun kamu mau nanti kita kesana. OK, aku tunggu..." Telepon ditutup.Sebilah pisau serasa tertancap di hatiku. Perih. Leo memandangku dengan tatapan serius.
" Leo. sepertinya kita harus bicara...."
" Saya kira itu tidak perlu, Annelie.Barney...atau Gibb-mu itu lebih bisa memahamimu. Ia akan lebih bisa mengisi hari-harimu dibandingkan aku. Setiap kita bertemu disini dan terakhir adalah tadi, ketika aku akan meeting. Keluar lift, Barney akan menuju lantai atas. Apakah sebenarnya Ia yang kamu cari disini? Bukan aku yang kamu inginkan kamu temui disini, kan? Kalian telah sepakat untuk bertemu di tempat kita makan tadi kan, Annelie?"