2. Ingatlah keluarga dan buatlah komunikasi yang sehat. Jika akan mempermainkan laki-laki ingatlah bagaimana jika saudara laki-laki kita disakiti oleh perempuan lain begitu pula sebaliknya.
Lalu, bagaimana pandangan saya sendiri terlepas dari berbagai hal yang terjadi pada teman-teman saya itu ? Saya masih menganggap bahwa keperawanan adalah hal sakral namun saya dapat memahami lingkungan dan budaya sekarang. Bagaimana saya akan memaksakan pandangan saya dimana budaya setempat menganggap bahwa hilangnya keperawanan dianggap hal yang wajar seperti halnya tanggalnya satu buah gigi pada saat kita masih anak-anak. Bahkan ada satu orang teman facebook saya yang sering kali diledek oleh teman-temannya kalau Ia tidak bisa meniduri perempuan dan saya lihat bagaimana ia terlalu memaksakan diri untuk itu (ha ha ha....).Kita harus berani hidup. Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri dan semua yang kita lakukan pasti memiliki konsekuensi logis. Jika kita sayang pada diri kita dan sayang pada keluarga kita, kita pasti akan senantiasa bijaksana dalam bertindak. Tuhan telah mempersiapkan taqdir-Nya untuk semua manusia, perawan maupun tidak perawan....Perjaka atau tidak perjaka.Selain itu, Tuhan Maha tahu.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H