Benar kata beberapa orang, ketika kamu mengetik cukuplah membawa jari jangan mengikutsertakan perasaan. Apalagi di situasi proses pendidikan seperti yang aku alami, hal-hal ini memang harus diawasi dengan sangat ketat dan dengan protokol yang dirangkai sedemikian.
Aku tahu batas untuk bergaul dengan seseorang karena pada akhirnya makin ke sini, komitmen itu bisa dinaikkan ketika memang sudah benar menemukan orang yang cocok dengan kita.Â
Berikut aku sampaikan beberapa "bahaya" belajar bahasa Inggris dengan mengikusertakan perasaan, sekurang-kurangnya seperti yang aku alami.
1. Salah menyebut nama
Kasuistik yang aku alami adalah belajar dengan tiga teman sekaligus. Ketiga teman yang memang menghadirkan inner beauty disempurnakan rupa yang memiliki keunggulan masing-masing.Â
Beberapa kali aku salah menyebut nama mereka ketika mengirim pesan, kecuali ketika video call memang. Ini membuatku sering malu, tetapi aku jujur menceritakan siapa nama yang aku sebut.
2. Konsentrasi pecah
Awal belajar, aku sangat serius dan ketiga teman tadi pun serius membantu. Eh, karena lama-kelamaan ada perasaan ikutserta, terkadang komunikasi merambah ke hal yang lebih privacy. Ini kurang baik karena konteksnya aku sedang belajar. Keterpecahan konsentrasi ini kerap mengganggu karena aku tidak mau membedakan yang satu dengan yang lainnya.Â
Tetapi di sana-sini ada tanda-tanda khusus untuk mengajak "yuk, lebih dalam lagi" dan seterusnya. Di sini sikap profesional memang harus tetap diutamakan, belajar ya belajar, bukan malah di mengikutsertakan perasaan.Â
Misalnya, jika seseorang itu ada perasaan lebih terhadap seseorang, tengah malam pun dia tidak merasa enggan untuk menyapa pasangannya. Diskusi pun bisa dari hal receh hingga ke yang serius. Ini tidak lain demi memicu kehangatan.