1. Menulis artikel-artikel baru
Artikel baru yang aku buat "dipaksa" setidaknya memasukkan 15 kata yang baru aku kenal. Jadi semisal kata admit (mengakui) bisa diganti dengan kata acknowlege, disclose, divulge, avow, declare, reveal, profess, dlsb.Â
Sekurang-kurangnya cara ini sangat membantuku untuk mendapat kata baru, mengingat kembali kata yang pernah dikenal dan kemudian merangkainya dalam sebuah kalimat. Kalimat yang kemudian disusun menjadi artikel tersebut sejauh mungkin tidak menggunakan jasa "penerjemah" melainkan dikarang sendiri, datanya boleh diambil dari info-info terbaru dari hari ybs.
Artikel ini kemudian aku kirim ke mereka. Artikel tersebut diperbaiki susunannya, dibantu menempatkan kata yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu.
2. Merekam cara membaca dari artikel yang dibuat
Artikel-artikel yang aku buat tadi tidak panjang, biasanya terdiri dari 3 paragraf. Artikel tersebut aku rekam cara membacanya dan dikirim ke mereka.Â
Biasanya teman-teman tadi membantu memperbaiki cara pengucapan yang benar. Aku sendiri sebenarnya cukup tertawa mendengar rekamanku ketika berbahasa Inggris. Cukup beda ketika aku belajar bahas Jerman atau Italia, rasanya cara pengucapanku cocok. Tetapi untuk bahasa Inggris, rasanya beda, seperti tidak ada manis-manisnya.
3. Komunikasi menggunakan bahasa Inggris
Aku "dipaksa" untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris baik berupa text message, voice note atau ketika mengadakan kegiatan video call.Â
Hal ini memaksaku untuk lebih profesional ketika berkomunikasi karena memang memaksa diri untuk buka kamus, mengingat-ingat kembali kata-kata yang pernah dihapal. Ini bentuk pembelajaran yang baik karena semakin lama akan semakin terbisa.
Selang beberapa lama, karena hampir setiap hari berkomunikasi dengan mereka bertiga benih kekaguman berkecambah menjadi deep love. Kalau tidak dari aku, setidaknya kesan itu muncul dari mereka.