Mohon tunggu...
Laiyin Nento
Laiyin Nento Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Pendidikan Karakter | Penggiat Kepramukaan Nasional dan Internasional

Wakil Kepala Pusat Pendidikan & Pelatihan Kepramukaan Tingkat Nasional (Wakapusdiklatnas) | Pembina Pramuka | Kepala Pusdiklat Kepramukaan Kota Bekasi | Sekretaris Komisi Luar Negeri Kwarnas 2018-2023 | Penggiat Pendidikan Karakter | Entrepreneur | Kreator Konten | Member of Asia-Pacific Region Educational Method Sub-Committee 2018-2025 | WOSM Consultant Team 2019-2025

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

9 Tips Mengelola Siswa Tidak Disiplin

7 Oktober 2024   09:30 Diperbarui: 13 Oktober 2024   11:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6. Berikan Pilihan dan Kontrol

Seringkali, siswa nakal merasa frustrasi karena mereka tidak memiliki kontrol. Memberikan mereka pilihan dalam beberapa situasi bisa membantu. Misalnya, berikan mereka dua opsi dalam penyelesaian masalah disiplin. Ini memberikan mereka rasa kontrol tetapi tetap dalam batasan yang telah ditetapkan.

7. Konsistensi dan Adil

Pastikan bahwa semua aturan dan konsekuensi diterapkan secara konsisten dan adil untuk semua siswa. Jika siswa merasa ada ketidakadilan, mereka mungkin akan semakin melawan aturan. Konsistensi membantu menciptakan rasa keadilan dan memberikan kepastian bagi siswa.

8. Pelatihan Keterampilan Sosial dan Emosional

Ajarkan siswa keterampilan sosial dan emosional seperti bagaimana mengelola emosi, berempati terhadap orang lain, dan memecahkan masalah. Seringkali, perilaku nakal muncul dari ketidakmampuan siswa mengelola emosi atau konflik secara sehat.

9. Kolaborasi dengan Tim Sekolah

Guru tidak harus menghadapi masalah ini sendirian. Bekerjasamalah dengan konselor, kepala sekolah, atau staf lain untuk merancang strategi yang efektif dalam menghadapi siswa yang bermasalah. Kadang kala, intervensi dari pihak lain dapat membantu menyelesaikan masalah yang tidak bisa diatasi oleh satu pihak.

Dengan pendekatan yang seimbang antara kedisiplinan dan pemahaman, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik tanpa melanggar prinsip-prinsip perlindungan anak. Guru harus dapat mengelola emosi dengan baik, bersabar dengan keadaan, dan jika pun memberikan teguran selalu dalam keadaan sadar, terukur dan terkendali, bukan karena emosi yang meledak dan berpotensi melahirkan kekerasan verbal atau fisik.

Jika hanya mentransfer ilmu pengetahuan, maka dimasa mendatang peran ini bisa tergantikan dengan mesin pencari canggih seperti Google atau Bing dan aneka plaform Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) yang semakin berkembang. Namun mendidik karakter, menyentuh hati siswa, menumbuhkembangkan potensi kebaikannya, hanya bisa dilakukan oleh manusia sebenarnya, manusia yang dengan sadar dan ikhlas memilih profesi mulia sebagai seorang Guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun