Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pandemi Covid-19 dan Masa Depan Koperasi Kredit

8 Juni 2020   12:49 Diperbarui: 8 Juni 2020   13:11 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Dibiayainya gerakan koperasi oleh anggaran belanja negara dan daerah sepintas lalu kelihatannya sebagai kebijakan yang membantu koperasi akan tetapi pada hakekatnya memberi peluang dan membiarkan koperasi menelan 'narkoba' yang akan membuat koperasi ketagihan, melumpuhkan mental kemandirian dan mati secara pelan-pelan. Bagi sekelompok orang yang kebetulan memimpin koperasi, pembiyaan seperti itu bisa disalahgunakan sebagai sumber "kekuatan dan kekuasaan politik" yang dapat merusak koperasi itu sendiri".

Berdasarkan reflesksi pengelaman pribadi penulis, sudah kurang lebih 20 tahun berkiprah di koperasi kredit, saya mempunyai satu kesimpulan sederhana bahwa gerakan koperasi kredit lebih menggerakkan masyarakat untuk hidup mandiri dari apa yang ada pada mereka (pengetahuan, ketrampilan, sikap/karakter) atau dalam bahasa Alm. Theofilus Woghe menghindari mental 'nenek tambah lagi" yang disokong dengan berbagai sumber daya alam yang tersedia. 

Juga ketika saya ke Thailand (Februari 2008 & Januari 2009), koperasi kredit di sana memobilisasi sikap hidup hemat dengan cara menabung Rp1,000.- per hari misalnya serta memprakarsai lahirnya jiwa kewirausahaan anggota (masyarakat) yang akhir-akhir ini menghasilkan kurang lebih 3-4% penduduknya berwirausaha dan mengurangi jumlah masyarakatnya untuk memilih bekerja sebagai orang upahan.

Tentunya semua impian tersebut tidak mudah untuk direalisasikan namun paling kurang secara strategis; cara kerja pemberdayaan ala koperasi kredit rasanya lebih cocok untuk masyarakat kita menuju standar ideal negara maju secara ekonomis sekurang-kurang penduduknya 2,5%  bergerak di bidang wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup secara mandiri. Bantuan harus memberdayakan koperasi kredit untuk menghindari "mental nenek tambah lagi".

Addendum Pola Kebijakan Pinjaman

Patut kita sadari bahwa wabah covid-19 juga mengganggu sendi-sendi kehidupan anggota koperasi kredit. Terutama sendi pendapatan bagi anggota yang meminjam uang koperasi kredit untuk usaha atau bisnis dengan plafon yang cukup signifikan. Bisnis perhotelan, perkiosan, kos-kosan, kendaraan dan unit bisnis yang menyentuh langsung dengan tingginya mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat lain. Semua bisnis itu mati total ketika pemerintah menerapkan "tinggal di rumah" atau "tinggal di kota" secara ketat.

Tidak ada upaya lain. Kita juga berusaha sekuat tenaga bersama pemerintah dan pihak keagamaan masing-masing untuk mencegah dan menghentikan penyebaran covid-19. Koperasi Kredit Serviam Bhakti Mandiri dalam kerjasama dengan Puskopdit Flores Mandiri Ende, Flores, NTT untuk sementara melakukan addendum pola kebijakan pinjaman.

Kami melakukan penambahan kebijakan dengan SK Pengurus serta Manajer untuk memperpanjang jangka waktu sesuai kemampuan pengembalian anggota, melakukan "grace period" hanya membayar bunga setiap bulan dan angsuran ditunda dalam jangka waktu tertentu serta bagi peminjam baru apabila meminjam bunga dan angsuran dipotong di depan.

Mungkin ini bukan cara yang tepat. Paling tidak kita mencari solusi bersama anggota agar bisa meringankan bebanya. Anggota tetap komit untuk melakukan "transaksi" kepada koperasi kredit karena anggotalah pemilik dan pelanggan. Mati hidupnya koperasi kredit sangat bergantung pada loyalitas anggota. Kesetiaan dan loyalitas anggota kepada koperasi kredit masih tetap jalan walau covid-19 mendera, berarti masa depan koperasi kredit itu sendiri masih ada.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun