Tulisan ini hanya sepercik api kesadaran untuk membuka diskursus yang lebih mendalam dan berkualitas bagaimana sebaiknya Koperasi Kredit/Credit Union menyikapi Pandemi Covid-19 yang telah menyerang semua manusia dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan seluruh aspek kehidupan. Covid-19 diasumsi bukan hanya "racun" melainkan lebih dari itu menjadi "maut" yang menakutkan kehidupan umat manusia abad ini termasuk gerakan koperasi kredit/credit union.
Berangkat dari keprihatinan mendalam atas situasi realitas yang sedang dihadapi maka penulis berusaha menyorotinya dengan pertanyaan, entahkah Pandemi Covid-19 yang telah membunuh puluhan ribu nyawa di seluruh dunia saat ini termasuk di Negara kita Indonesia juga membunuh lembaga koperasi kredit? Masih adakah masa depan Koperasi Kredit/Credit Union di tengah mewabahnya covid-19?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi penting sebab sebagian besar anggota adalah masyarakat yang tidak kebal terhadap wabah yang sangat menakutkan ini juga mulai mempertanyakan eksistensi dirinya di planet bumi.Â
Selain kekuatiran memuncak secara kesehatan dan sebagian besar anggota koperasi kredit mulai mempertanyakan eksistensi ekonomi ketika wabah covid-19 juga mulai menyerang sendi-sendi pendapatan setiap keluarga anggota dan fungsionaris koperasi kredit di mana saja berada.Â
Sebagian besar masyarakat pekerja termasuk pemilik bisnis dalam waktu sekejab menjadi pengganggur. Aktivitas bisnis anggota dan fungsionaris koperasi kredit juga tampak mulai oleng dan arus kas (cash flow) keuangan seakan terhenti.
 Penulis yakin apabila kita membaca surat kabar, menonton dan membuka internet hari ini, kita akan semakin stress dan depresi. Wabah covid-19 membuat manusia dengan kemampuan akal budinya yang luar biasa, bisa menciptakan segala kemajuan untuk menaklukkan alam semesta dengan bantuan ilmu dan teknologi yang super canggih sepertinya tak berdaya apa-apa dihadapannya. Semua manusia yang berakal budi itu tanpa kecuali tunduk padanya.Â
Negara-negara adidaya pun seakan lemah lunglai dan mulai merasa putus asa menghadapinya. Setiap orang dipaksa untuk tinggal di dalam rumah dalam rentang waktu yang tidak menentu. Tetap jaga jarak walau itu ayah ibu kandung, keluarga dalam rumah apalagi di luar rumah. Tidak bisa lagi kemana-mana secara bebas. Semua yang bebas bergerak seolah terhenti. Kepanikan dan kecemasan umat manusia mencapai titik nadir. Situasi saat ini bagaikan "neraka dunia".
Mungkin kita berpikir tidak ada lagi jalan untuk menciptakan atau mendapatkan uang sekarang. Namun bersama Cindy Cashman melalui tulisannya "Recipes for the Heart" (Resep Untuk Jantung) Â dalam Aswar Saputra "Money from Anywhere" (Bagaimana Anda Menjadikan Kebiasaan-Kebiasaan Kecil Sehari-hari Menjadi Pohon Uang yang Tak Terduga) terbitan Second Hope, Yogyakarta tahun 2013 p. v, kita mengajukan pertanyaan yang lebih optimis. Apakah situasi benar-benar seburuk itu. Pertanyaan yang baik dan optimis akan menghasilkan jawaban yang lebih kreatif-produktif serta membebaskan kita dari persoalan yang seakan tampak tidak ada lagi solusi.
Bahasa Cindy Cashman menulis, "Satu pertanyaan yang tepat bisa membebaskan kehidupan yang tersendat menjadi melejit seperti roket. Tak bisa ditahan". Bersama Cindy Cashman dan Aswar Saputra kita pun bersepakat bahwa bagaimana sebaiknya gerakan kita bisa bertahan dan masih ada masa depan di tengah mewabahnya pandemi covid-19 yang semakin menakutkan hari ini.Â
Kita harus yakin bahwa kekuatan pandemi covid-19 tidak melebihi kemampuan dan kekuatan kita sebagai manusia yang beriman dan wabah ini akan segera berakhir dengan semangat kolaborasi positif menyikapi situasi ini secara lebih positif. Situasi buruk atau "neraka dunia' akibat wabah pandemi covid-19 bisa kita atasi, entah kapan dan pasti bisa.
Hindari Mental "Nenek Tambah Lagi"