Jadi, teknik sampling menjadi faktor penting di luar sistem operasi kalkulator yang harus dilakukan dengan benar oleh pengguna. Selain itu, si pengguna juga harus menghindari non-sampling error, yakni kesalahan di luar pencuplikan. Biasanya non-sampling error ini adalah faktor human error. Misalnya data tinggi badan yang sebenarnya 170 cm, malah ditulis 177 cm oleh pengguna. Kesalahan model begini  tentu tidak bisa diantisipasi oleh sistem operasi kalkulator.
Jika si pengguna sudah mampu dan cakap menggunakan kalkulator tersebut, maka hasil hitung cepat akan sesuai dengan yang diharapkan. Artinya, kalaupun ada error, itu adalah error yang sudah ditentukan, tidak melebihi batas.
Perbedaan hasil
Lepas dari semua itu, pengalaman pengguna dalam mengoperasikan kalkulator merupakan faktor penting. Karena dari situlah mereka akan semakin terlatih dan cakap dalam melakukan hal di luar sistem operasi kalkulator, seperti teknik sampling dan obeservasi data. Jika sudah demikian, para pengguna kalkulator yang sudah terlatih pastilah akan mendapatkan hasil yang sesuai atas apapun data yang mereka hitung.
Lalu bagaimana jika ada sejumlah pengguna kalkulator yang sudah (dikenal) terlatih, mendapatkan hasil hitung cepat yang berbeda sama sekali atas data yang sama?
Jika kasus ini Anda temukan, yang pertama kali Anda harus lakukan adalah bukan mengoprek-oprek sistem operasi kalkulatornya. Sebab, kalkulator ini tidak menggunakan uji statistik yang rumit untuk pengoperasiannya, melainkan cukup dengan 'penjumlahan' (summary). Caranya, jumlah data sampel terpilih tinggal di-input dalam kalkulator. Lalu hasil akhirnya dipresentasekan. Semudah itu.
Oleh karena itu, yang patut disalahkan jika hitungan kalkulator hitung cepat sangat berbeda adalah si penggunanya. Jika si pengguna mengaku terlatih, cek lagi bagaimana dia menjalani semua prosedur yang tertulis dalam 'manual book' kalkulator.
Sistem operasi kalkulator hampir tidak bisa dipersalahkan untuk sebuah perbedaan hasil hitung cepat. Bukannya sistem ini tidak menerima koreksi. Tetapi, sistem operasi kalkulator ini memang sudah ajeg, setelah diuji oleh banyak sekali riset dan proses penghitungan.
Dalam Pilpres 2014 yang baru saja berlalu, sistem operasi dalam kalkulator hitung cepat ini dipertanyakan oleh sebagian publik karena ada dua ‘kelompok’ pengguna yang mendapat hasil sama sekali berbeda atas data yang sama.
Alih-alih mendorong agar dilakukan penyelidikan terhadap pengguna yang culas, mereka malah meragukan sistem operasi kalkulator yang merupakan metodologi ilmiah.
Bahkan, ketika seorang pengguna (peneliti) yang sudah cakap berpendapat lebih percaya pada kalkulator ketimbang hitungan manual KPU, dia juga dipersalahkan. Mereka yang mempermasalahkan itu sepertinya lebih percaya dengan cara berhitung beramai-ramai. Padahal dengan banyaknya orang, potensi human error semakin tinggi. Terlebih, karena ini soal politik sangat mungkin banyak error yang disengaja demi kepentingan tertentu.