Cerita sebelumnya:
Ayi, Nana dan saya adalah teman satu kosan. Ayi meminjam charger ponsel Nana namun tidak kunjung mengembalikan. Karena kesal dan sangat membutuhkannya, akhirnya saya dan Nana memutuskan untuk masuk tanpa ijin ke kamar Ayi dengan kunci cadangan milik penjaga kos. Nana mendapatkan barang yang dicari, namun kami berdua merasa ada yang janggal. (Bagian 1 - Bagian 2)
***
Seminggu berlalu sejak saya dan Nana masuk ke kamar Ayi. Ayi masih belum terlihat batang hidungnya. Lima jam yang lalu, ketika saya sedang mengerjakan tugas di lab, Nana menelfon. Memberitahu bahwa Ayi benar-benar hilang dan menyuruh saya segera pulang karena dia sedang bingung. Tugas kuliah saya masih banyak dan harus dikumpulkan besok pagi jam tujuh. Tapi perkara Ayi menghilang ini terlalu menarik untuk dilewatkan.
Untunglah ini tugas kelompok dan saya paham istilah "opor, kependekan dari "oportunis". Dengan sedikit basa-basi dan manipulasi di kiri dan kanan, saya berhasil pulang lebih dulu dan meninggalkan teman kelompok saya menyelesaikan tugas.
Dan sekarang di sinilah kami. Saya dan Nana, duduk berhadapan di kamar Ayi, lengkap dengan tisu, rokok, dan bir. Nana menangis. Saya sedikit bingung.
"Ayi bener-bener ngilang, Sel. Anak-anak jurusan pada nanya ke gw, si Ayi ke mana, gw bener-bener ga bisa jawab. Dan gw baru sadar, selama ini gw tuh ga bener-bener kenal Ayi. Gw bahkan ga tahu dia itu rumahnya di mana. Tinggalnya di mana."
Nana bicara pelan.
"Gw udah ke tata usaha jurusan, nyari alamatnya si Ayi. Gw coba hubungin semua nomor kontaknya. Nomor rumahnya salah sambung, nomor telfon ayah ibunya ga nyambung. Kemarin gw bujuk-bujuk Aji nyari rumahnya Ayi. Ketemu sih, tapi itu bukan rumahnya Ayi."
Saya bengong. Nana menghela nafas.
"Jadi Sela, kesimpulannya gw bener-bener ga tahu Ayi di mana."