Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benang Merah (Tentang Ayi dan Nana - Bagian 3)

10 Desember 2011   18:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:33 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Atau, Sela, justru malah jangan-jangan si Ayi ga ngasih tahu ke siapa-siapa. Lo tahu kan Ayi itu munafik. Ngerokok sama minum aja sembunyi-sembunyi. Dia kan ga mau image anak baiknya hilang. Atau.. Atau jangan-jangan dia malah ga tahu siapa bapaknya..."

Hening. Keheningan yang sama sekali tidak nyaman. Saya berusaha merumuskan permasalahannya. Ayi hamil. Ayi menghilang. Kami, sebagai teman satu kosannya, yang tahu benar bahwa dia benar-benar menghilang, meninggalkan dompet dan ponsel di kamar kosan, merasa khawatir dan berharap bisa menemukan Ayi walaupun bila akhirnya bisa bertemu, kami juga tidak tahu harus berbuat apa.

Tapi terlepas dari itu, kalau memang benar Ayi hamil. Siapa bapaknya?

"Tadinya gw curiga kalau yang ngehamilin ya Wawan. Soalnya dia yang mancing-mancing gw. Tapi pas gw telfon dan gw marah-marah itu dia bilang bukan. Dia emang ngaku mata-matain Ayi, tapi bukan dia. "

"Tapi buat apa Na? Ga masuk akal ah. Ngapain capek-capek mata-matain dan bisa-bisanya curiga Ayi hamil, kalau bukan dia yang ngehamilin?"

"Iya sih. Tapi sebenarnya lebih masuk akal buat curiga sama Aji. Aji kan pacar Ayi yang sekarang. Tapi dari bahasa tubuh dia tadi siang, gw ga yakin dia ngehamilin Ayi, kalau dia masih sayang sama gw."

"Na, dia bisa-bisanya berani nyium lo yang jelas-jelas udah pacaran ama Bimo. Kenapa dia ga bisa ngehamilin Ayi? Ya gw juga ga tahu apa hubungannya sih antara dia nyium lo sama ngehamilin Ayi, tapi kenapa engga?"

Nana diam. Argumen yang diucapkannya salah. Cuma menunjukan kalau Aji itu, bagi saya, adalah semacam buaya darat ga penting.

"Terakhir ya Bimo."

"Lo curiga sama cowok lo sendiri cuma gara-gara ngeliat dia sama Ayi pegangan tangan? Eng, bukannya kenapa-kenapa ya Na. Lo tadi ciuman sama Aji loh."

"Terus kenapa kalo gw ciuman sama Aji? Lo sirik?" Tiba-tiba nada suara Nana meninggi. Saya kaget dan agak emosi. Tapi saya tahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun