Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benang Merah (Tentang Ayi dan Nana - Bagian 3)

10 Desember 2011   18:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:33 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gw ga tahu deh Sela, yang gw tahu gw ciuman aja sama dia tadi."

Jeng jeng jeng jeng. Kejutan ketiga. Nana mencium pacar Ayi. Pecun.

"Buat gw impas sih Sela. Beberapa minggu yang lalu gw ngeliat  Ayi pegang-pegangan tangan sama Bimo di warung Babeh.  Impas lah. Dia megang tangan cowok gw. Gw ciuman sama cowoknya. Impas kan?”

Kejutan keempat datang. Ayi pegangan tangan dengan pacar Nana. Pecun.

Kini dengan resmi saya berbahagia sekaligus prihatin. Bahagia karena dua orang yang selalu saya kagumi karena kecantikan dan kepintarannya ternyata tidak beres urusan pacar-memacari. Levelnya level murahan. Saya merasa dua tiga kali lebih baik dari mereka berdua.

Tapi di saat yang bersamaan, saya juga prihatin. Tiba-tiba, hal yang benar dan salah menjadi abu-abu sekali. Memegang dan mencium, interaksi antara dua orang manusia, bila dilakukan dengan suka satu sama lain, harusnya baik-baik saja. Kalaupun salah satu adalah pacar orang lain, toh pacaran belum ada ikatan hukumnya. Kalau dipikir-pikir ya bukan masalah juga sih. Entahlah.

Nana menyadari saya bengong cukup lama.

"Sela, lo mikir apaan?"

"Kagetlah. Ini lebih sinetron dari sinetron kali Na."

Kami berdua sama-sama terdiam. Saya terdiam karena tidak tahu harus berbuat apa. Nana terdiam mungkin karena menyadari betapa situasi ini sungguh tidak nyaman.

"Na, Kalau memang benar Ayi hamil, bapaknya siapa? Menurut gw, kalau kita tahu siapa bapaknya, dia musti tahu di mana Ayi. Maksud gw, bagaimanapun juga kan Ayi teman kita, dia hamil begini menurut gw malah btuh dukungan dan support. Kita musti harus cari dia.:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun