Hening. Rasanya aneh tiba-tiba mendapat berita bahwa teman satu kosan kita menghilang. Saya mencoba bersikap lebih masuk akal.
"Hmmm, tapi Na, itu kesompulan kayaknya aga berlebihan deh. Iya sih, emang Ayi bener-bener ga kelihatan sudah hampir dua minggu. Tapi buat gw, itu biasa. Maksudnya, sering juga kok gw ga ngeliat salah satu dari kalian lebih dari dua minggu dan ga ada apa-apa. Mungkin karena gw beda jurusan dan beda angkatan sama kalian juga kali ya."
"Ya tapi kan walaupun lo ga ngeliat kita berdua lebih dari dua minggu, gw sama Ayi barengan. Sekarang kan engga. Lo sama gw sama-sama ga ngeliat dia lebih dari dua minggu ini. Dan ini bukan liburan semester. Ini masa-masa kuliah. Gw mulai mikir yang enggak-enggak Sela. Aduh, banyak bangetlah yang pingin gw ceritain."
Penjelasan Nana masuk akal. Saya mulai mengerti mengapa sekarang dia terlihat panik. Atau lebih tepatnya mungkin merasa bersalah. Bir dan rokok biasanya untuk orang yang ada masalah kan? Pasti ada sesuatu dibalik Ayi menghilang ini.
"Ya udah sih Na, cerita aja. Gw udah bela-belain opor sama anak kelompok gw buat dengerin lo Na"
Nana menghisap dalam-dalam rokoknya, memejamkan mata sambil memikit-mikit keningnya. Lalu menatap saya lurus-lurus.
"Gw curiga Ayi hamil, Sel."
Deg. Jantung saya berdegup kencang. Bila ini sinetron, maka inilah saat wajah saya diberi perbesaran beberapa kali dengan irama musik mencekam. Jeng jeng jeng!
Ingatan saya kembali ke hari di mana saya dan Nana masuk ke kamar Ayi. Lebih tepatnya menyelediki kamar Ayi. Awalnya kami masuk ke kamar Ayi dengan menggunakan kunci cadangan penjaga kosan karena Nana ingin mengambil charger selulernya, tapi karena kami merasa ada yang janggal, kami menyelidiki seluruh kamarnya. Saat itu saya menemukan struk belanja pembelian test-pack, yang membuat saya berpikir jangan-jangan Ayi hamil. Tapi saya tidak menceritakan pada Nana karena dugaan itu terlalu kasar dan tidak berdasar kuat. Saat ini pun juga tidak akan saya ceritakan. Tidak mau menambah bumbu.
"Lo tahu dari mana Na?"
"Wawan"