Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Ayi

13 April 2010   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepergian Jek sempat membuatku takut akan diusir dari terminal ini. Tapi Mak tetap bersikap biasa. Posisi Jek sebagai orang penting di terminal ini diambil alih beberapa kali oleh orang yang berbeda. Namun sampai sekarang tidak ada yang bertahan lebih lama dari dua bulan. Dan setiap pengganti Jek selalu menafkahiku setiap hari dengan jumlah uang persis seperti yang biasa Jek berikan. Awalnya aku menolak, tapi mereka memaksa. Mereka juga tanpa sungkan akan menggenggam tanganku di terminal. Beberapa bahkan tidur denganku di kontrakan Jek. Aku tidak menolak.

"Ini perintah bang Jek" kata mereka waktu kutanya kenapa.

"Kapan dia bilang?" aku tanya lagi. Tapi mereka cuma bisa diam.

Menjelang kelahiran anakku, Jek masih belum muncul juga. Suatu malam aku mimpi Jek pulang dan menggenggam tanganku, lalu mengecup perutku yang bunting. Besoknya, aku merasa perut dan tanganku hangat. Lalu kelahiranku terjadi siangnya, ketika  aku sedang membantu Mak. Anakku seorang laki-laki. Sehat dan matanya bulat. Mak bilang wajahnya mirip Jek. Sejak itu Mak mulai lebih ramah padaku, begitu juga orang terminal lainnya.

Dan sampai di sini kisahku dengan Jek. Sampai hari ini Jek tidak pernah kembali lagi.

________________________

*Ini seperti "anak cerita" dari cerpen saya sebelumnya yang judulnya "Jek". Semoga terhibur :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun