“Ayolah, Sis... Ini semua sudah menjadi kehendak Allah, bukan karena benda itu...”
“Benar, mbak. Tapi esoknya, teman bisnis saya menelpon, bahwa ia akan mentransfer uang. Bisnis yang dulu kami jalankan bersama sukses katanya. Dia mentransfer uang sejumlah sama persis dengan jumlah utang kami, mbak.”
“Saya gak tau kalau mamah yang harus menjadi tumbal.....” Tangis Siska pun kembali meledak.
Aku hanya diam tak berkata sepatah pun. Semuanya tiba-tiba menjadi aneh bagiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H