Metodologi yang digunakan relatif sama, kok bisa ya hasilnya beda? Apakah terdapat kesalahan pada hasil survei? Atau betulkah survei dapat dimanipulasi demi kepentingan klien?
Hasil survey memang nyaris presisi karena sampelnya merupakan jumlah suara faktual, walaupun pemilih sangat mungkin mengubah pilihan pada saat pencoblosan. Namun, batas kesalahan (margin of error) bisa ditetapkan oleh masing-masing peneliti atau lembaga tergantung dari seberapa banyak responden yang diambil. Semakin banyak responden yang diambil, semakin kecil margin of errorsebuah hasil survei.
Menurut Dewan Etik Perhimpunan Survey Opini Publik Indonesia (Persepi), jika ada perbedaan hasil survei, maka pasti salah satunya salah. Oleh karenanya Dewan Etik Persepi akan melakukan audit atas pelaksanaan survei yang dilakukan oleh anggotanya.
Dewan Etik Persepi menguji metodologi semua lembaga survei dalam melakukan survei tersebut dengan menggunakan standar metodologi umum yang harus dipenuhi setiap lembaga survei, diantaranya dalam menentukan sample harus mewakili karakter suara di daerah tersebut. Biasanya, penentuan sample menggunakan metode random sampling.
Selain masalah sample, mekanisme tabulasi atau pengumpulan data juga penting. Setiap lembaga survei harus membuka proses tabulasi kepada publik. Media pengiriman data dari sumber data di lapangan ke pusat penghitungan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Setiap proses input data harus disertai verifikasi, cek dan ricek ke sumber dilapangan. Hal ini untuk mencegah data yang diinput ternyata salah. Dengan metodologi yang sudah baku itu, setiap lembaga survei akan dijaga kredibilitasnya. Jika menyalahi, maka akan dikeluarkan dari keanggotaan Persepi.
Ada tujuh lembaga survei yang ada di bawah bendera Persepi, yaitu Lembaga Survei Indonesia, Indikator, SMRC, Cyrus Network, Populi Center, JSI dan Puskaptis.
Lho, Kedai Kopi kok gak ada? Terus gimana ngauditnya?
Seain Populi Center, ini hasil survei lembaga-lembaga survei anggota Persepi mengenai Pilkada DKI 2017:
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam surveinya yang dirilis 14 Oktober 2015: Ahok unggul jauh dari para bakal calon pesaingnya. Mayoritas responden mendukung Ahok kembali untuk memimpin DKI Jakarta. Ahok mendapat dukungan sebesar 23,5 persen, disusul Ridwan Kamil di bawahnya sebanyak 3 persen.
Cyrus Network, 7 Mei 2015: Ada 3 nama yang mempunyai penilaian tertinggi, yakni Ahok sebesar 96,6 persen, disusul Risma 74,5 persen dan Emil 73 persen. Sementara tingkat kesukaan kesukaan terhadap ketiganya hampir seimbang. Ahok mendapat poin 62 persen, sedangkan Emil 62,7 persen dan Risma 65,6 persen.