“Ki Sanak, Kami perlu menanyakan banyak hal tentang apa saja yang Kau miliki, bagaimana Kau bisa memilikinya, dan kebaikan apa saja yang Kau pergunakan dengan apa yang kau miliki itu. Di mulai dari cangkul itu,” ujar salah seorang dari keduanya.
Rasa senang mendapatkan teman berubah menjadi kekesalan dalam diri Gayus dengan pertanyaan dua lelaki itu. Pertanyaan yang menurutnya lebih pas dilakukan petugas KPK kepada koruptor.
“Jika Kujelaskan tentang cangkul milikku seperti pertanyaan kalian itu, tentu akan makan waktu berhari-hari menerangkannya. Kalian siapa sih dan punya hak apa nanya-nanya macam begini?”
“Aku Munkar. Dan yang bersamaku ini Nakir.”
.....
Munaroh terbangun dari tidurnya karena suara pintu yang digedor-gedor suaminya.
“Lho, kok belum pagi sudah pulang, Mas? Ini kan melanggar kesepakatan dengan bosnya Mas dan Kita akan batal menerima uang lima ratus juta itu?”
Gayus yang tergopoh-gopoh dan wajahnya ketakutan menjawab dengan nafas tersengal-sengal, “Sudahlah , Mun. Aku baru saja ditanyai malaikat Munkar dan Nakir. Untuk sebuah cangkul saja Aku mungkin butuh waktu berhari-hari menjelaskannya, bagaimana dengan uang sejumlah lima ratus juta yang akan kita terima itu nanti. Biarlah urusan bosku dicekek arwah ayahnya itu bukan urusanku lagi.”
.....
Hehe... Kisah ini semata hanya fiksi. Terinspirasi oleh materi pengajian tadi sore dan heboh seputar koruptor di Kompasiana ini.
Nice Friday night.