Kendaraan tempur, kapal perang, hingga pesawat tempur memerlukan dukungan untuk mobilisasi. Tidak saja ketersediaan jalan atau bandara, tapi juga bahan bakar dan energi untuk mengoperasikan peralatan perang yang ada. Termasuk juga kesejahteraan prajurit dan keluarganya. Bagaimana kita menuntut agar TNI profesional, sedang keluarga prajutit tidak sejahtera. Konflik sebagai akibat ketidakprofesioanalan TNI yang terjadi antara TNI dengan sipil, antara TNI dengan TNI, salah satu penyebabnya adalah kesenjangan.
Amanat reformasi menghasilkan TNI kembali menjadi tentara profesional, tidak lagi memainkan peranan politik. Oleh karena itu, pengamat militer Salim Saidmengingatkan, ” ... jangan merayu-rayu tentara lagi untuk mengerjakan pekerjaan sipil, sehingga tidak terjadi konflik antara TNI dengan sipil. Jangan mengganggu tentara. Janganlah kita yang sudah berhasil mereformasi TNI, kita kembali lagi ke masa lalu tanpa kita sadari," kata Salim.
Nah, menyangkut hubungan sipil (baca: rakyat) dengan TNI dan kesejahteraan TNI, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada upacara HUT Ke-70 TNI di Cilegon itu menegaskan: “... Sejarah mencatat bahwa TNI dilahirkan dari ‘rahim’ rakyat. Panglima Besar Jenderal Soedirman menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung, merawat, dan membesarkan TNI ...”
Pada kesempatan itu juga presiden menyampaikan:“... TNI yang terdidik dan terlatih tidak akan menjadi kekuatan yang efektif apabila prajurit dan keluarganya tidak sejahtera. Untuk itu, Negara akan benar-benar memastikan adanya penghormatan yang layak bagi para prajurit TNI. Pemerintah akan memberikan perhatian pada prajurit-prajurit TNI yang bertugas di kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan, serta di kawasan terisolir ...”
Jayalah TNI-ku, Jayalah NKRI-ku.
I love you all ....
Source Image:
Dokumen Pribadi