Awalnya kaget juga ketika Pak Gatot, salah seorang pejabat militer yang terlibat dalam kepanitiaan HUT Ke-70 TNI menelpon: “Bu Laura, Komandan mengundang Ibu untuk hadir menyaksikan langsung defile acara ulang tahun TNI besok dari kapal perang KRI Banda Aceh.” Hmm, Ini pasti karena 2 artikel saya di Kompasiana tentang TNI: Menhan:Jika Indonesia Berperang, Paling Hanya Mampu Bertahan 3 Haridan Malam Jahanam di Lapas Cebongan, Coreng Hitam TNI Kita. Karena sewaktu ‘meliput’ kegiatan persiapan acara tersebut 2 hari sebelumnya, saya memperkenalkan diri sebagai penulis Kompasiana dan memperlihatkan kedua tulisan saya itu.
Jam 04.30, sesuai intruksi Pak Gatot, saya sudah stand bydi pelabuhan PT Krakatau Bandar Samudera (pelabuhan milik anak perusahaan PT Krakatau Steel), Cilegon, tempat sandar kapal perang KRI Banda Aceh 593. Menyaksikan betapa gagahnya kapal perang tersebut, saya sungguh takjub tak percaya kalau ini buatan dalam negeri. Inilah kapal perang yang menyandang predikat sebagai kapal perang dengan operasional tertinggi karena berlayar dalam waktu paling panjang di antara kapal perang milik AL lainnya. Dan kapal inilah yang berhasil menemukan Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang dalam pencarian selama 20 hari, tahun lalu.
Ternyata undangan yang hadir bukan hanya saya. Ada sekitar 480 undangan perwakilan masyarakat lainnya, terdiri dari berbagai elemen. Bahkan ada yang dari suku Baduy, suku asli pedalaman Banten. Menurut yang saya dengar, ini merupakan ide dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, bahwa untuk merealisasikan tema HUT "Bersama Rakyat TNI Kuat, Hebat, Profesional, Siap Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian", panglima meminta agar harus ada perwakilan masyarakat baik saat di dalam parade alutsista maupun di dalam kapal perang.
Jam 07.00, kapal mulai lepas landas dari pelabuhan KBS menuju tempat pelaksanaan upacara, yakni dermaga Indah Kiat yang hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat sandar. Di dalam kapal, komandan kapal, Letkol Laut (P) Edi Haryanto, sangat welcome menyambut para undangan. Dalam sambutannya, Letkol Edi sempat menerangkan bahwa pembuatan KRI Banda Aceh dilakukan oleh PT PAL Surabaya dan kapal ini mulai beroperasi semenjak 2011.
Kapal perang ini bertype landing platform dock(LPD).Istilah LPD diperuntukan bagi kapal perang amfibi yang meluncurkan, membawa dan mendaratkan elemen kekuatan darat untuk misi-misi perang gerak cepat. Kapal dengan tipe LPD umumnya dirancang untuk membawa pasukan ke zona pertempuran lewat laut dan memiliki kemampuan membawa kekuatan udara terbatas (biasanya helikopter).
Kapal berbobot 7.286 ton dengan luas LPD 125 meter persegi ini memiliki kecepatan maksimum 15 knot dan memiliki kapasitas angkut total sebanyak 344 personel, tiga unit helikopter jenis Mi-2/Bel 412 di deck dan dua di hangar, dua unit LCVP (Landing Craft Vehicle Personnel), tiga unit howitzer dan 21 tank.