"Cinta yang dulu terajut penuh kasih
 Kini telah terurai tak tersisa
 Cinta mu yang dulu sehangat mentariÂ
Kini telah terasa sedingin salju
Kedua bola matamu yang menatapku tajam bagai elang sudah terasa asing bagikuÂ
Senyummu yang selalu hangat telah menghilang dari wajahmuÂ
Tangan yang merengkuh raga ini pun terasa hambarÂ
Suara bariton mu yang menenangkan jiwaku sudah tak pernah ku dengar lagiÂ
Kepiluan telah melingkupi raga iniÂ
Gemuruh amarah dan isak tangis tumpah ruah menggenangi setiap relung hatiÂ
Menghancurkan asa akan indahnya cinta yang tulus
 Kini pun kau pergi dengan meninggalkan racun di sekujur raga yang tak berdosa
Dan bodohnya hanya diri ini yang meneguk dengan tulus racun asmara mu
Apakah raga ini mampu tuk berdiri kembali tanpa mu?Â
Sedangkan cinta mu semakin membelenggu dan mencabik jiwaku yang semakin rapuhÂ
Tuhan... Biarlah tangan- Mu yang mengeluarkan raga ini dari lembah kegelapanÂ
Rintihan jiwa yang pilu tak kan Kau biarkan menderitaÂ
Kini ku berserah hanya kepada -Mu wahai Sang Pencipta alam semestaÂ
Biarlah tangan -Mu yang merajut kembali kehidupan akan kisah cinta ku."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H