Eunicha Salsabila
Hai, namaku Eunicha Salsabila. Panggil saja aku Cha. 20-an usiaku, anak kantoran pekerjaanku, pendek rambutku, dan anak pertama urutan kelahiranku. Terus, kalian mau tahu apa lagi tentangku? Status? Ah, sudahlah. Aku enggan membahasnya. Bagiku, ada tiga hal yang tidak perlu ditanyakan: agama, status, dan pendapatan.
Aku tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adik. Well, keluargaku terkesan utuh dan cukup secara materi dari luar. Tapi...
Brak!
Hmmm, mulai lagi. Tanganku tergerak untuk mengunci kamar dan menutup telinga dengan headset. Dorongan dari syaraf-syaraf tanganku berlawanan dengan perintah dari instingku. Aku harus keluar, aku harus keluar.
Aku disambut pertengkaran orang tuaku setiba di luar kamar. Nyaris saja aku terpeleset di lantai licin. Siapakah yang telah menumpahkan sabun sebanyak ini?
“Ajari anakmu untuk memegang sesuatu dengan benar!” gertak Papaku. Wajahnya merah padam menahan murka.
“Cintya juga anakmu! Dan ini bukan salahnya!”
Ya ampun, ternyata mereka meributkan perkara kecil. Cintya, adikku yang menjadi lakon dalam perdebatan orang tua kami, melenggang dengan tampang tanpa dosa menuju dapur. Kuikuti dia. Ekor mataku menangkap Cintya yang tengah meminum air dari teko.
“Cintya, jangan minum dari situ. Ambil gelas dululah kalau mau minum,” tegurku.