Hanya Ayah Calvin, hanya Ayah Calvin seorang yang mampu memanggil Jose kembali pulang. Diperintahkannya supir taksi untuk mempercepat laju mobil. Persis di belakang mereka, sebuah mobil hitam ikut menaikkan kecepatan.
** Â Â
"Sayangku..."
Suara bass itu terdengar lembut, amat lembut. Sesosok pria pucat dengan tipikal wajah mirip Jose memeluknya. Sengaja Ayah Calvin menunggu putranya di depan rumah. Peduli amat dengan hawa dingin yang menyergap raga.
Jose menubruk sang ayah lalu memeluknya, Memegang erat tangan Ayah Calvin yang terasa panas. Tangan yang membelai rambut, menyelimuti, dan mengajarinya menulis. Tanpa ragu, Jose mencium kening ayahnya seperti yang sering dilakukan pria itu untuknya.
"Harusnya Ayah tetap di kamar...kaki Ayah kan nggak kuat naik-turun tangga," ujar Jose pelan.
Ayah Calvin terbatuk. Hanya Jose yang tahu kondisi kaki sang ayah yang sebenarnya. Jose pula yang paling tahu kelebihan serta kelemahan ayahnya.
"Sebentar lagi kau akan berpisah dengan ayahmu tersayang."
Hati Jose mencelos. Derum mesin mobil mengiringi kedatangan orang yang paling tidak diinginkan. Lelaki bermasker hitam melompat turun dari pintu pengemudi. Refleks Jose melepas pelukan. Matanya melebar tak percaya memandang pisau hitam besar di tangan orang itu.
Lelaki bermasker hitam itu mengayunkan pisau, siap menghujamkan bagian paling tajam. Jose menunggu mata pisau menancap di punggungnya. Namun...
Punggung rapuh menutupi Jose. Ia terhalang dari tusukan pisau. Ayah Calvin melindunginya, melindunginya untuk kesekian kali. Tubuh setinggi 175 senti itu roboh dengan darah mengalir dari punggungnya.