Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

When Airport Man Love Camera Girl

29 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 29 Mei 2020   06:18 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup yang tak akan terlupakan

Jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan

Jangan tunda, jangan tunda (Adera-Terlambat).

Jose keliru, sungguh keliru. Ternyata dia tak tahu banyak tentang Liza. Gadis itu telah bertunangan saja luput dari pengetahuan.

Andai saja ia lebih cepat. Andai saja ia tidak keduluan si Antonius itu. Dan andai-andai saja lainnya berkelebatan di kepala. Terlalu lama Jose memendam perasaan pada Liza. Ia mengagumi perempuan itu dari jauh. Lupa bahwa Liza cantik dan menawan. Ragu sedikit saja, ia bisa dilamar orang.

Atau...

Liza tak pernah mencintainya. Fotografer jelita itu hanya menganggapnya sahabat. Ah, ini menyakitkan. Pria kelahiran 14 Desember itu meremas rambutnya frustrasi.

"Ayah, aku gagal melakukannya." Ia bergumam tanpa sadar.

Detik itulah sebuah kesadaran menghantamnya. Seraut wajah terbayang di pelupuk mata. Siapakah yang paling mencintainya? Siapa yang selalu ada untuknya, sehat maupun sakit? Siapa yang menemaninya chatting seharian selama ia traveling menjelajahi berbagai negara? Siapa yang membacakannya buku sewaktu ia belum bisa membaca? Siapa yang mendampinginya selama hari-hari berkabung? Sebesar apa pun perhatian Liza, tak dapat mengalahkan besarnya cinta Ayah Calvin. Ayah Calvin mencintainya setiap saat. Ayah yang lebih memilih tetap di rumah ketimbang bepergian kemana-mana. Ayah yang selalu memprioritaskan anak tunggalnya. Teringat sang ayah, Jose menggigit bibirnya masygul.

Pesan Whatsapp dari Silvi menyentakkan lamunan. Teman masa kecilnya itu mengirimkan beruntai pesan diiringi emoji tinju banyak sekali.

"Cepat balik ke rumah, Gabriel! Kamu pulang nggak bilang-bilang! Ayahmu sakit dan tanyain kamu! Ngelamar cewek mulu yang dipikirin! KELEWATAN!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun