Silvi menjerit sembari menghantamkan kepalanya. Hati Bunda Manda teriris. Sakit mendapati putrinya melukai diri.
Sejurus kemudian, Ayah Calvin berlutut di samping Silvi. Menguncirkan rambut gadis itu. Memeluknya kuat-kuat hingga gadis kecil itu tak dapat bergerak. Silvi urung membenturkan kepala lagi. Tak mau merusak kunciran Ayahnya.
"Sayangku, Ayah di sini. Ayah nggak tinggal-tinggal kamu." Lembut Ayah Calvin berucap.
"Tapi, Ayah nggak ada waktu Silvi bangun!"
"Ayah bantu Bunda, Sayang. Kasihan kan, kalau Bunda masak sendirian?"
Kepala Silvi terkulai di lengan sang ayah. Bunda Manda terpagut tanya. Bukankah Silvi belum bisa menerima Ayah Calvin sepenuh hati? Mengapa kini...?
"Silvi mau sama Ayah selamanya." Rajuk Silvi.
Ciuman hangat Ayah Calvin mendarat di dahi Silvi. Terlihat pria yang lahir di hari kesembilan bulan Desember itu menempelkan keningnya dengan kening Silvi.
"Iya. Ayah sayang Silvi. Selamanya akan begitu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H