Sayuran menggunung minta dicuci. Gumpalan daging yang harus dipotong terlalu banyak. Bawang putih dan bawang merah menagih untuk diiris. Bunda Manda mengusap wajah kebasnya. Belum apa-apa, ia sudah lelah memikirkan betapa banyak bahan makanan yang harus diurus sebelum masuk ke tahap pengolahan. Lelah ini wajar setelah peristiwa duka di hari kemarin.
"Berdua lebih baik, Manda. Percayalah padaku."
Ah, Ayah Calvin. Lihatlah, hot daddy itu bergerak gesit mencuci sayuran. Ia membantu Bunda Manda tanpa diminta.
Mau tak mau Bunda Manda mengakui suaminya benar. Sayuran, daging, dan bumbu lebih cepat tertangani bila dikerjakan berdua. Pekerjaan merepotkan ini terasa ringan.
"Kaukerjakan pesanan untuk siapa hari ini?" tanya Ayah Calvin, tangannya menggerakkan pisau naik-turun dalam gerakan berulang.
"Ada klien yang menikah. Mereka pesan seratus porsi," sahut Bunda Manda pendek.
"Kuharap ini yang terakhir, Manda."
Kepala berambut panjang itu tertoleh ke samping. Mempertanyakan maksud kalimat absurd itu tanpa suara. Ayah Calvin menghela nafas. Meneruskan pekerjaannya mengiris bawang sambil berkata.
"Ini terakhir kalinya kamu menerima pesanan katering. Kamu tak perlu bekerja lagi. Tinggallah di White Mansion. Atau kalau kau mau, bukalah kembali biro psikologi dan butikmu. Jangan teruskan usaha katering..."
Permintaan konyol itu disambuti tawa hambar. Memangnya Ayah Calvin siapa? Berani dia bilang begitu setelah meninggalkan dia dan Silvi. Jika ujaran itu dilayangkan tujuh tahun silam, Bunda Manda takkan ragu mengiyakan.
Tapi...