Ayah Menyayangiku Selamanya
Malas bekerja. Takkan kalian temukan dua kata itu di kamus hidup Bunda Manda. Kemarin adalah hari berkabung. Hari ini hidup kembali berjalan.
Sepertiga akhir malam, wanita itu terbangun. Menggelung rambut panjangnya tinggi-tinggi. Ia melangkah ringan ke dapur. Saatnya menyiapkan menu katering.
Sesaat langkahnya surut. Bagaimana mau memasak? Bukankah kemarin dia belum sempat membeli bahan makanan? Waktu makin menipis. Ia harus meluncur ke pasar sekarang juga.
Satu-dua teguk air tak ada salahnya sebelum pergi. Tepat setelah tangan Bunda Manda meremas handel pintu lemari es, hatinya terkejut. Terkejut dengan setumpuk buah, sayuran, daging, ikan, dan ayam yang tertata rapi. Demi Ibrahim, siapakah yang memenuhi isi kulkasnya dengan bahan makanan selengkap ini?
Semua yang ia butuhkan ada di sini. Bahan-bahan makanan ini cukup untuk tiga minggu. Siapakah yang begitu baik hati membuat kulkasnya terisi kembali dengan Cuma-Cuma? Kalau Bunda Manda tahu siapa pelakunya, akan dia cium tangan orang itu.
Dua detik berselang, Bunda Manda menyesali janjinya. Pintu dapur bergeser membuka. Ayah Calvin mendekat. Tersenyum menatapi raut heran istrinya.
"Mau masak buat catering, kan? Aku sudah beli semua bahan makanan, Manda. Kamu tidak perlu repot belanja lagi," ujarnya.
Semangat Bunda Manda merosot. Jadi, kulkasnya penuh gara-gara Ayah Calvin? Semula ia pikir Barki atau Nandalah guardian angelnya.
"Kamu duga ini kerjaan jewelry sibling ya?" tebak Ayah Calvin.
Mungkinkah pria berpiyama putih ini alih profesi jadi cenayang? Jeli sekali dia membaca pikiran Bunda Manda. Sambil membuang muka, wanita itu mengeluarkan bahan-bahan makanan dari lemari pendingin.