Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jewelry Sibling Vs Hot Daddy

13 April 2020   06:00 Diperbarui: 13 April 2020   06:07 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, Nanda..." desah Barki. Menatapi gerak-gerik adiknya.

"Adikmu baik sekali." Bunda Manda melontar pujian, tulus.

Prosesi pemakaman dimulai. Para pelayat mengikuti dengan khidmat. Walau berbeda latar belakang etnis dan agama, semuanya satu tujuan: mengantarkan Opa Hilarius ke peristirahatan terakhir. 

Pria-wanita, mereka yang berkulit gelap dan terang, bermata besar dan bermata sipit, berdiri berjajar memberi penghormatan. Melepas kepergian pria yang dihormati karena karier dan kharismanya.

Air mata Bunda Manda sudah mengering. Habis, kristal beningnya habis ia tumpahkan di rumah duka. Telah terpatri janji di hati Bunda Manda untuk tidak menangis lagi. Tangisan hanya akan memperberat perjalanan Opa Hilarius bertemu Oma Hillary.

Ah, Hilarius dan Hillary. Nama mereka hampir sama. Mereka pun saling mencintai hingga maut memisahkan. Hilarius dan Hillary menikah menembus tembok perbedaan. Dari pernikahan itu, lahirlah generasi penerus yang rupawan.

Selama upacara kematian berlangsung, tangan Bunda Manda tak henti meremas rosario. Benda mirip kalung manik-manik itu benda terakhir peninggalan Opa Hilarius. 

Ia akan menyimpannya, walau takkan pernah menggunakannya untuk berdoa. Sejak berumur sepuluh tahun, Bunda Manda bulat memutuskan memeluk keyakinan ibunya.

Masih tersisa sebercak darah menempel di lapisan manik-manik itu. Opa Hilarius terus menggenggam rosario sepanjang detik terakhirnya. Termasuk ketika Pastor memberinya sakramen perminyakan.

"Be strong, Manda." Barki berbisik menguatkan.

Bibir tipis itu tergigit kuat-kuat. Menandakan pemiliknya susah payah menahan sedih. Biji-biji kesedihan berjatuhan tiada henti. Mengiringi tertutupnya jasad Opa Hilarius dengan bongkahan tanah dan marmer cantik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun