Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah Special Part] Hari Ulang Tahun Raissa

15 Desember 2019   06:00 Diperbarui: 15 Desember 2019   06:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa herannya aku karena Ayah tidak meluluskan permintaanku. Ayah melarangku memakai cincin dan perhiasan lainnya. Ternyata hal ini telah ia sepakati dengan Papa.

"Kenapa?" Aku setengah memprotes, sebal.

"Bisa hilang, Sayang. Banyak orang yang akan memanfaatkanmu hanya untuk mengambil perhiasanmu."

Aku merengut. Ayah saja memakai cincin, kenapa aku tidak boleh? Saat kuutarakan argumenku, Ayah tersenyum sambil menyentuh cincinnya.

"Ini bukan cincin biasa, Silvi. Batu pada cincin ini memiliki energi."

Nah kan, benar dugaanku. Ayah bukan orang biasa. Ada kelebihan dalam dirinya. Mungkin mata hatinya sangat tajam.

"Kalau gitu, aku mau pakai salah satu cincin Ayah. Ayah, kan, punya puluhan cincin."

Lagi-lagi Ayah menolak. Ayah tak membolehkanku memakai satu pun cincin miliknya. Suara rajukanku tenggelam oleh dering iPhone. Oh, ternyata handphoneku sendiri.

"Dari Raissa, Sayang." Ayah mengambilkan handphoneku dan membacakan pop up di layarnya.

Kudiamkan saja. Entah, aku terkadang ingin menghapus jejakku dari seluruh teman sekelas. Kelas itu seperti neraka. Tak ingin aku kembali ke sana. 90% penghuninya golongan toksic people, walau tidak semua. Tiga tahun di kelas itu cukup membuat hatiku beku.

"Silvi tidak mau menjawabnya?" tanya Ayah lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun