Setelah memastikan Silvi berangkat sekolah tanpa kurang apa pun, Calvin ambruk kelelahan. Raganya sakit tetapi benaknya bahagia. Serta-merta kemarahan Adica surut. Ia mengompres dahi Calvin. Ia siapkan pula obat-obatan rutin itu.
"Aku malu padamu," kata Adica pelan, pelan sekali.
"Untuk apa? Kita mencintai Silvi dengan cara berbeda. Tapi satu hal yang harus kamu tahu: kasih sayangku pada Silvi sangat dalam, lebih dalam dari siapa pun yang pernah kusayangi sebelumnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H