Konsentrasiku terburai karena aku terus memikirkan Ayah. Perasaanku tak enak. Penjelasan Suster Mariana tentang prokariotik dan eukariotik tak satu pun yang masuk ke otakku.
Tetiba Rossa dan Yasmin masuk kelasku. Mereka menyerahkan surat dispen. Yes, aku bisa membolos untuk kegiatan OSIS.
Kami bertiga berjalan di sepanjang koridor. Rossa menanyaiku tentang progres sponsor. Aku dan Rossa satu sekbid, Seni dan Budaya. Sedangkan Yasmin anggota Sekbid Kerohanian.
"Pakai mobilku aja. Kita langsung ke kantor perusahaan itu." kataku seraya menggamit lengan mereka ke lapangan parkir.
Khusus hari ini, aku dibolehkan Ayah membawa mobil. Chevrolet merah ini hadiah kelulusan SMP-ku dari Ayah dan Papa. Biasanya, aku dilarang menyetir sendiri walau aku sudah mahir. Demi keperluan mendesak, Ayah meluluskan permintaanku.
Kukemudikan mobil menembus pagi berkabut. Wiper bergerak pelan menyapu tetes hujan. Kini, tangisan langit tak kenal waktu. Langit menjadi begitu cengeng.
Kutawari kue-kue yang telah kusiapkan di bangku belakang untuk Rossa dan Yasmin. Mulanya mereka segan, tapi toh akhirnya mau juga. Aku senang karena mereka suka dengan kroket, bolu gulung, dan pai buah yang kubawakan.
Setengah jam kemudian, kami sampai di kantor. Kami dipertemukan dengan kepala divisi sponsorship dan pengambil keputusan lainnya. Aku, Rossa, dan Yasmin mempresentasikan tema kegiatan, rincian dana, berikut kerjasama yang kami tawarkan. Hasilnya menggembirakan. Tak sia-sia kami begadang menyiapkan presentasi. Perusahaan mengucurkan dana yang kami butuhkan. Tak hanya itu, mereka pun menyumbang kaus dan minuman untuk panitia pensi.
"Asyiiik, kita dapat bonus!" seru Rossa girang sekembalinya kami ke mobil.
"Iya. Kabarin ke grup. Sponsor kita gol."
"Silvi, kenapa sih kamu nggak minta Papa dan Ayah kamu jadi sponsor? Mereka kan kaya banget." Yasmin nimbrung.